5 Tips Cara Menjadi Editor

oleh: Truly Almendo Pasaribu

Editor merupakan tulang punggung dalam penerbitan. Tidak hanya itu, editor memegang peranan penting untuk menambah nilai sebuah karya. Peranan ini disertai tanggung jawab yang berat. Editor yang cerdas, rajin, teliti, dan taktis, bisa mempererat kerja sama antara penerbit dan pengarang. Sedangkan kecerobohan dan ketidaktaktisan seorang editor, bisa mendatangkan bencana bagi hubungan penerbit dengan pengarang.

Selain dituntut untuk berlatih dengan metode “belajar dengan bekerja”, editor juga ditantang untuk terus memperkaya wawasannya dalam dunia pengeditan. Salah satunya adalah dengan mengikuti tip-tip berikut ini.

1. Menguasai Tata Bahasa dan Ejaan

Ejaan dan tata bahasa adalah dua hal yang sangat penting dalam penyuntingan. Oleh karena itu, editor harus betul-betul menguasai kedua hal ini. Tanpa penguasaan itu, penyuntingan kelak akan berantakan. Penyuntingan naskah sebaiknya mengikuti perkembangan bahasa dan istilah yang hidup dalam masyarakat dan dalam dunia ilmu pengetahuan. Dengan demikian, penyuntingan dilakukan berdasarkan bahasa yang aktual dan berlaku pada saat itu.

Baca Juga :   Penegakan Hukum Kejahatan Cryptocurrency dengan Analytics Blockchain - Agnostik

2. Melatih Ketelitian

Ketelitian merupakan “hukum menulis” pertama yang harus diberlakukan oleh editor. Jangan sampai sebuah kata tertinggal, terbalik-balik, atau kelebihan satu dua kata. Kata yang terjalin dalam sebuah kalimat merupakan bangunan dari paragraf dan bangunan dari tulisan. Tugas utama editor adalah memeriksa semua kata-kata yang ada di dalam tulisan, baik secara tunggal maupun kalimat. Semuanya harus akurat sesuai dengan tata bahasa dan rasa bahasa. Pemeriksaan kalimat dan kata penting bagi tulisan yang kukuh dan berbobot. Keteledoran dalam penulisan kata akan berakibatkan pada kelemahan dalam tulisan itu. Selain itu, kesalahan ketik dan kesalahan penulisan akan mengganggu pembaca yang sedang tekun menyimak gagasan dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, editor perlu terus melatih kejeliannya dalam memoles tulisan.

Baca Juga :   Desak Polisi Usut Pembunuhan Wartawan di Mamuju

3. Memahami Ragam Tulisan

Setiap tulisan memunyai ciri sendiri sesuai dengan sasaran penulisan. Misalnya, tulisan untuk akademis, untuk anak, untuk hiburan, dan sebagainya. Sebelum menyunting, editor perlu memahami bidang tulisan [tertentu] dan sasaran pembacanya, agar baik penerbit dan pembaca puas dengan hasil kerja editor.

4. Peka terhadap Pilihan Kata

Setelah memahami jenis tulisan yang diinginkan penerbit dan ditulis oleh penulis, editor perlu peka terhadap kata-kata pilihannya. Misalnya, editor perlu ekstra hati-hati terhadap unsur-unsur yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan pornografi. Editor perlu mempelajari apa yang layak diterbitkan atau tidak. Jika terjadi kelalaian dalam hal ini, tentu saja penerbit atau redaksi akan mengalami kerugian.

Baca Juga :   52 Ahli Waris Keluarga Terima 'Uang Duka' dari Pemkab Bintan

5. Bekerja Sama dengan Penulis

Editor membantu penulis memoles karyanya. Oleh karena itu, editor tidak boleh menempatkan diri pada posisi penulis naskah. Editor yang baik akan menjalin hubungan yang baik dengan penulis. Dari segi penulisan naskah, pada dasarnya penulis di bagi menjadi tiga golongan: penulis pemula, penulis semi-profesional, dan penulis profesional. Dari segi watak, penulis juga memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dengan mengenal penulis, editor akan lebih nyaman berkonsultasi dengan penulis saat ingin memberi saran dan mengubah naskah.

Seorang editor tidak akan berhenti untuk belajar, karena dia akan terus menemukan hal yang baru saat dia bekerja. Editor akan mencari waktu untuk berpikir jernih, berbahasa benar, dan menemukan ungkapan yang segar. Mengingat bobot pekerjaannya, tentu saja editor perlu mendapatkan penghargaan yang senilai dengan perjuangannya. (Pelitaku.sabda.org)