Giat Koramil 05/ Pauh Kuranji Tingkatkan Ekonomi Masyarakat: Menebar Jamur, Menjerat Mujur

KAPTEN INF. IRSYAD

SEORANG pria tegap berseragam TNI, terlihat sibuk menyiram satu demi satu dari ratusan baglog yang tersusun rapi di dua buah rak kayu berukuran sedang. Dari salah satu sisi media tanam yang terbuat dari plastik bening itu, tampak kuncup-kuncup mekar pleourotus ostreatus mulai merekah bak kembang terumbu karang. Meski tak merata di semua baglog, namun jamur tiram putih yang kini tengah “dirumahkan” di Markas Koramil 05/ Pauh Kuranji itu, siap untuk dipanen.

RYAN SYAIR– Padang

“Itu sudah bisa dipanen, petik saja. Enak buat campuran makan mie rebus,” kata Serda Budi Arianto, Anggota Koramil 05/ Pauh Kuranji, saat Khazanah mengintip aktifitas di sela-sela waktu istirahatnya di Mako Koramil 05/ Pauh Kuranji di kawasan Pasar Baru Kecamatan Pauh, Kota Padang, Selasa (18/2) siang. Hari itu, Budi kebetulan sedang kebagian jatah piket jaga.

“Di sini, setiap anggota yang sedang piket, dapat ‘tugas’ tambahan untuk menyiram baglog ini dengan cara menyemprot. Karena penyiraman baglog memang harus dilakukan dua hingga tiga kali dalam sehari. Kalau kebetulan ada yang sudah bisa dipanen, ya boleh dibawa pulang juga,” tutur ramah Budi, yang juga Babinsa Kelurahan Ampang, Kecamatan Kuranji itu.

Ya, sejak beberapa bulan terakhir, atas kebijakan Danramil 05/ Pauh Kuranji, Kapten Inf. Irsyad, salah satu ruangan yang berada di bagian belakang kantornya itu, memang sengaja disulap menjadi kumbung atau rumah jamur tiram. Dengan desain yang dirancang khusus agar berkemampuan untuk menjaga suhu dan kelembaban, ruang yang dilengkapi rak-rak sebagai wadah penyusunan baglog itu, adalah tempat untuk proses perawatan, pertumbuhan jamur, sampai pada masa panen tiba.

“Kita ingin jadikan Koramil ini sebagai tempat belajar bagi masyarakat. Siapapun bisa datang ke sini, belajar dan berdisukusi tentang banyak hal. Nah, kebetulan saat ini kita memang tengah membudidayakan jamur tiram putih. Jadi kapanpun masyarakat bisa datang ke sini untuk belajar dan melihat langsung proses pembudidayaannya,” kata Kapten Inf. Irsyad, yang ditemui keesokan harinya, Kamis (19/3).

Pagi itu, Irsyad turut didampingi 18 orang Babinsa yang bertugas di 18 kelurahan se Kecamatan Pauh dan Kuranji. Mereka diantaranya Serka Ilsupardi, Serka Indra Jaya, Sertu Rio Alfian, Serda Rizaldi, Serda Bakar, Pelda Heri Sulaiman, Kopda Bambang dan Serda Syahrizal. Selanjutnya Serka Irham, Serma Roviral, Serka Syamsuar, Serda Mukhlis, Serda Adrianto, Serda Zulherman, Kopda Toeran, Serda Budi Arianto dan Kopda Efendi.

Danramil 05/ Pauh Kuranji, Kapten Inf. Irsyad bersama jajarannya, menunjukkan hasil panen jamur tiram yang kini tengah dibudidayakan di Mako Koramil setempat. RYAN SYAIR

Jamur tiram putih atau dengan nama binomial pleourotus ostreatus, sebenarnya bukan sesuatu yang baru dan asing bagi masyarakat. Banyak ragam makanan dari olahan jamur pangan yang masuk dalam kelompok basidiomycota dan kelas homobasidiomycota ini. Sebut saja jamur tiram crispy, rendang jamur tiram, sup dan sate jamur, serta berbagai makanan olahan berbahan dasar jamur lainnya.

Baca Juga :   Agar Tepat Sasaran, Koramil 415-01/SK bersama Stakeholder Pantau Bantuan APBD Jambi

Namun, selain dikarenakan harga jual di pasaran yang terbilang tinggi, langkanya eksistensi dan popularitas spesies tanaman yang juga dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom ini, membuat jamur tiram seperti belum mendapatkan tempat di hati dan lidah sebagian besar masyarakat, khususnya di Kota Padang dan Sumatra Barat pada umumnya.

“Nah, peluang inilah yang coba kita tangkap. Dengan bekal sedikit ilmu dan pengalaman dalam pembudidayaan jamur tiram ini, kita mencoba untuk menularkan, mengedukasi dan sekaligus mengajak masyarakat untuk ikut menggarap peluang ini sebagai salah satu potensi ekonomi baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” papar Irsyad.

Menekuni bisnis budidaya jamur tiram imbuh Irsyad, tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Selain tak harus merogoh kocek dalam jumlah besar sebagai modal awal, segala proses dan tahapan selama masa perawatan hingga sampai ke masa panen, juga nyaris tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Yang paling dibutuhkan itu kata Irsyad, hanyalah tekun dan kesabaran.

“Sangat mudah, bahkan sangat gampang sekali. Bisa dibilang, ini adalah bisnis D3, alias duduk duduk duit. Dengan modal yang sangat kecil, namun menggaransikan hasil dan keuntungan yang sangat menggiurkan. Yang penting tekun, sabar dan tetap optimis. Itu saja kuncinya,” pungkas Irsyad.

Karena memang telah menjadi bagian dari komitmen TNI sebagai pelopor penggerak ekonomi masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka sejak setahun lalu imbuh Irsyad, seluruh jajaran Babinsa di lingkup Koramil 05/ Pauh Kuranji, juga diinstruksikan untuk terus menggencarkan sosialisasi terkait peluang bisnis dan potensi ekonomi dari budidaya jamur tiram ke tengah-tengah masyarakat. Baik di forum-forum resmi pemerintahan, maupun di berbagai kesempatan pertemuan dengan warga.

“Awalnya kita coba sosialisasikan, kita perkenalkan dulu. Apa itu jamur tiram, bagaimana proses dan tahapan-tahapan pembudidayaannya, bagaimana pula prospek dan peluang bisnisnya. Kalau masyarakat berminat, langsung kita berikan edukasi. Kita kenalkan bahan, kita latih dan kita berikan pendampingan,” ujar Irsyad.

“Alhamdulillah, walau belum banyak yang menangkap peluang ini, karena memang latar dan kultur masyarakat kita di Pauh Kuranji ini berbeda-beda, namun sampai saat ini sedikitnya ada sembilan kelompok petani jamur di bawah binaan Koramil 05/ Pauh Kuranji yang masih eksis dalam mempertahankan laju usahanya. Alhamdulillah, kami senang. Masyarakat terbantu, lapangan kerja terbuka, ekonomi kerakyatan juga bergerak,” tandas Irsyad bangga.

Dikatakan, minimnya suply dan pasokan yang berakibat sulitnya menemukan jamur tiram di pasaran, diyakini sebagai pemicu tingginya harga jual. Padahal terang Irsyad, tingkat kebutuhan jamur warga Kota Padang, bisa dikatakan cukup tinggi. Karena selain enak dikonsumsi sebagai sayur dan tambahan pangan, jamur tiram dengan kandungan vitamin D dan B12, juga kaya protein, rendah kalori dan hampir tidak memiliki lemak. Selain itu, aneka kreasi olahan jamur tiram juga disukai semua kalangan.

Baca Juga :   Tekan Covid-19, Ansar Ahmad : Apresiasi Kerja Satgas, Tim Medis dan Nakes 

“Kalau melihat kondisi sekarang, produksi jamur tiram dari para petani lokal, belum lagi mencukupi untuk kebutuhan warga Kota Padang. Kita berharap, akan banyak lagi bermunculan petani-petani jamur tiram di daerah ini,” sebutnya.

Dari pantauan di pasaran, harga jual jamur tiram putih saat ini mencapai Rp40 ribu perkilogram. Di kedai-kedai kecil, jamur tiram dengan spesifikasi tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan memiliki tekstur serat daging ayam itu, dijual dengan cara diecer per-seperempat kilogram, dengan harga jual Rp10 ribu.

“Bisa dibayangkan, hanya dengan modal awal sekitar lebih kurang Rp100 ribu untuk menghasilkan 95 baglog, potensi penghasilan setelah panen bisa mencapai Rp100-150 ribu perhari, selama lima bulan usia panen. Alhamdulillah, seluruh petani binaan yang selalu kita berikan pendampingan, kini sudah menikmati hasil dari budidaya jamur tiram ini. Tidak hanya dijual mentah, sebagian dari mereka juga mengolah jamur tiram menjadi aneka produk makanan,” terang Irsyad.

Secara umum, Irsyad menyebutkan jika perlengkapan usaha yang diperlukan untuk memulai usaha budidaya jamur tiram, tidaklah sulit untuk didapatkan. Selain polybag atau plastik bening ukuran dua kilogram untuk baglog (media tanam), bahan-bahan utama untuk pembibitan jamur tiram seperti dedak padi, serbuk gergaji kayu dan dolomit (kapur), juga banyak dijual di pasaran. Bahkan khusus dedak dan serbuk kayu, bisa diperoleh dengan cuma-cuma alias gratis.

Mengambil contoh untuk menghasilkan 95 baglog, maka persentase perbandingan atau takaran bahan untuk setiap bahan yang digunakan adalah serbuk gergaji (100 kilogram), dolomit (2 kilogram) dan dedak (10 kilogram). Setelah semua bahan dicampur, lantas diaduk dengan air secara perlahan, sampai semua bahan terasa padat dalam kepalan tangan. Selanjutnya, adonan bahan dimasukkan ke dalam plastik hingga terisi 2/3 bagian dan diikat di salah satu sisi yang terbuka.

Langkah selanjutnya terang Irsyad, adalah melakukan perendangan (mengukus) baglog-baglog yang sudah berisi adonan bahan. Pengukusan dilakukan di atas tungku api menggunakan media dorm, dengan suhu panas di kisaran 100 derajat. Hal ini kata Irsyad, bertujuan untuk membunuh semua bakteri dan organisme lain yang berkemungkinan terdapat di dalam campuran bahan di media tanam.

“Setelah dikukus selama 5 hingga 6 jam, baglog dikeluarkan untuk didinginkan selama 120 menit. Langkah ini harus dilakukan di ruang khusus pula, ruangan yang benar-benar steril dari kuman, bakteri dan sebagainya. Termasuk juga pekerjanya, harus steril. Jika perlu, semprot ruangan dengan alkohol sebelum baglog yang sudah dikukus itu dipindahkan,” tutur Irsyad yang terlihat enjoy dan fasih dalam memberikan paparan. Tampak betul jika dirinya paham dan menguasai sekali bidang ini.

Baca Juga :   Ditengah Pamdemi Covid - 19, Azel Production dan Meireza Kurniawan Rilis Mini Album Mahakarya Corona

Langkah selanjutnya terang Irsyad, yakni memasukkan biji jagung (bibit) sebagai cikal bakal jamur. Biji yang dimasukkan antara 8 hingga 13 buah itu, disusun mengelilingi permukaan sisi plastik atau polybag yang terbuka. Lantas kembali diikat dengan menggunakan cincin (bisa dibuat dari potongan pipa bekas berbentuk pipih, dengan diameter 5 centimeter). Sementara  bagian luar yang terbuka, ditutup dengan kertas pembungkus nasi. Setelah semua baglog mendapat perlakuan yang sama, maka langkah selanjutnya adalah proses pengkarantinaan di dalam kumbung, atau rumah jamur.

“Sampai di tahapan ini, maka semua proses awal bisa dikatakan sudah selesai. Selanjutnya, kita tinggal menunggu sampai seluruh permukaan baglog yang sudah di ruang isolasi itu, dipenuhi dengan partikel berupa kapas berwarna putih. Setelah dua bulan, penutup baglog sudah bisa dibuka, yang nantinya akan menjadi tempat tumbuh jamur secara berkelanjutan,” ujar Irsyad.

“Sangat sederhana bukan. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 60 hari, kita sudah bisa menikmati hasilnya. Jamur-jamur itu akan selalu tumbuh setiap harinya. Dalam hitungan jam, sudah bisa pula untuk dipanen. Masa ini (pertumbuhan jamur) akan berlangsung selama empat hingga lima bulan. Kalikan saja berapa hasil yang bisa diperoleh, jika dalam sehari secara periodik, kita bisa memanen tiga sampai empat kilogram jamur tiram,” tutur Irsyad.

Babinsa Kel. Sungai Sapih, Kopda Efendi dan Babinsa Kel. Kalumbuk, Serka Syamsuar, saat melakukan kunjungan dalam rangka pendampingan kepada petani jamur binaan Koramil 05/ Pauh Kuranji, Kamis (19/3). RYAN SYAIR

Usai diskusi panjang di Koramil 05/ pauh Kuranji, siangnya dengan didampingi Babinsa Kalumbuk, Serka Syamsuar dan Babinsa Sungai Sapih, Kopda Efendi, koran ini berkesempatan untuk mengunjungi kediaman para petani jamur tiram yang berlokasi di RT 04/ 03 Kelurahan Sungai Sapih. Di daerah ini kata Syamsuar, terdapat tiga kelompok petani binaan Koramil 05/ Pauh Kuranji, yang hingga kini masih eksis dengan usaha budidaya jamur tiram.

“Alhamdulillah, terimakasih untuk Bapak-bapak Tentara yang tak bosan-bosannya mendampingi kami dalam menggeluti usaha ini. Sekarang, kami sudah memasuki tahun kedua dari budidaya jamur tiram ini,” ujar Arne Sasmita dan Yeni Carti, dua orang petani jamur tiram di Sungai Sapih, yang kini memiliki 1.300 baglog yang tengah dibudidayakan di rumah jamur yang dibuat di sebelah kediaman mereka.

Kita sepakat, giat nyata yang dilakukan jajaran Koramil 05/ Pauh Kuranji dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat melalui upaya edukasi dan pendampingan bagi petani jamur tiram ini, adalah salah satu wujud aktualisasi, kepedulian dan kecintaan TNI terhadap rakyat. Tidak hanya menebar ranjau guna menjerat dan menumbangkan musuh di medan perang, namun juga menebar jamur guna menjerat mujur demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Bravo TNI.**