SYEKH MATO AIE”, Ulama Besar Yang Terlupakan di Minang Kabau.

Pakandangan,cMczone.com- SYEKH MATO AIE atau Muhammad Aminullah Bin Abdullah, dilahirkan di Kampung Pandan, Pakandangan, Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, pada Tahun 1792 , dan wafat pada Tahun 1927. dalam usia 135 Tahun banyak pelajaran yang dapat dipetik dari peninggalannya. Orang tua laki-lakinya yang bernama Muhammad Abdullah, berasal dari Suku Tanjung Toboh Ketek, dan Ibunya yang berasal dari Suku Koto kampuang Pandan, Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman.

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, kita panjatkan atas Rahmat dan Karunianya, pemugaran makam Syekh Mato Aie. Sejak dibuatkan gobah Syekh Mato Aie dimakamnya pada era Tahun 1970 oleh anak dan kemenakannya, belum pernah dilakukan pemugaran. Tetapi ketika Syaiful Nazar mengutarakan kepada Bapak Winarko, bahwa dia berencana memugar makam Syekh Mato Aie, langsung disambut baik dengan spontan nitas. Tidaklah berlebihan terima kasih atas partisipasi Bapak Winarko, salah seorang pejabat eselon III di Jakarta, memberikan bantuan berupa moril maupun materil yang tak ternilai harganya itu melalui Cucu maupun Cicit dari Syekh Mato Aie, pungkas Syaiful Nazar.

Bantuannya itu telah direalisasikan sebagaimana mestinya. Satu minggu sebelum Sholat Idul Adha 1436 H, pemugarannya selesai dan dapat dilihat serta dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu objek wisata relegius. Dimana di Makam Syekh Mato Aie, biasanya sehabis sholat Idul Adha yang baru lalu diramaikan orang berdatangan. Semoga amal dan kebaikan Bapak Winarko dapat pula menjadi pendorong para donatur lain nantinya. Akhir kata, semoga Allah SWT jualah yang membalas kebaikannya itu. Amin!!! YaRab.

Baca Juga :   Rusun Tiga Lantai Usulan Ansar Ahmad Mulai Dibangun

Adalah sebuah karya yang ditinggalkan Syekh Mato Aie, berupa Tulisan tangannya berupa Naskah kuno berbentuk gulungan yang memiliki panjang 5,75 meter dan lebar 21,5 cm, saat ini diyakinkan inilah naskah yang ditulis tangan diatas kulit kayu terpanjang di Nusantara, bahkan mungkin di dunia sekalipun.

Dimana isi tulisan kuno berbentuk arab gundul itu adalah Khotbah setiap hari Jumat yang senantiasa dibacakan oleh Syekh Mato Aie. Sebuah pengakuan dari Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang, Pramono Selasa (6/11) tahun 2012, bahwa naskah itu secara umum berisi nasihat untuk berbuat baik dan pujian kepada Nabi, Makna Idul Adha dan Idul Fitri, serta polemik tentang pengetahuan Agama Islam, sari yang diambil dari 30 Juz Al Quran.

Menurut pewaris Syekh Mato Aie, Tuangku Awal, Drs Awaluddin Datuak Pamuncak Majolelo, Marthias Boer, Iqbal, Syaiful Nazar dan Bastani Nazar, kepada koran ini mengatakan bahwa naskah kuno tersebut telah diminta oleh kedutaan Prancis untuk diteliti dengan imbalan puluhan miliaran rupiah, namun pewaris yang terdiri anak cucu-cicit dari Inyiak Syekh Mato Aie/Muhammad Aminullah Bin Abdulah, menolaknya dan berupaya untuk mempertahankannya.

Disamping itu juga, ada beberapa buku-buku Sufi karangan Syekh Mato Aie yang belum diterjemahkan, sudah disalin ke CD, namun belum digali secara mendalam. Serta beberapa peninggalan sejarah yang masih berada didalam Lemari Besi yang masih tersimpan, karena semenjak kunci lemari besi itu patah tak seorangpun yang bisa membukanya.“ Konon didalam lemari itu ada berupa uang kepingan emas, keris, serta ada juga semacam perjanjian dengan raja arab saudi, serta kitab-kitab lainnya, semuanya pemberian dari Raja Arab Saudi dulu, dan banyak lainnya didalam lemari besi peninggalannya yang belum dapat diketahui ”.

Baca Juga :   Danlantamal IV Hadiri Kunjungan Kapolda Kepri ke Kantor Gubernur

Kebesaran Syekh Mato Aie sebagai Tokoh agama Islam dan ulama di Sumatera Barat, dibuktikan diwaktu bulan Syafar, dimana masyarakat dari berbagai daerah di Sumatera Barat berdatangan. Bahkan ada juga dari Pulau Jawa, Jawa Timur, Cirebon, Banten, Madura, Kalimantan, Makasar, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Aceh sekalipun, yang jumlahnya mencapai ribuan masyarakat yang datang ke tempat Gobah Makam Syekh Mato Aie di Saranggagak Pakandangan, untuk melakukan ziarah dan memanjatkan doa.

Hal ini tidaklah berlebihan jika pemerintah daerah Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, melirik dan memperhatikan, apalagi dapat memelihara situs itu. Karena selama ini Syekh Mato Aie dengan peninggalannya yang terlupakan, padahal banyak menyimpan sejarah masuknya Islam di Minang Kabau.

Situs Syekh Mato Aie ini berpotensi menjadi objek wisata religius, khususnya untuk Kabupaten Padang Pariaman, dan Sumatera Barat pada umumnya. Tentunya juga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitarnya. Perlu kerjasama yang baik antara pewaris Situs Syekh Mato Aie dengan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi Sumatera Barat. Sama seperti Situs Makam Syekh Burhanuddin di Ulakan.

Baca Juga :   Talkshow di Sultan Tv, Kabid Humas Polda Banten Ajak Masyarakat Ciptakan Kamtibmas Kondusif

Riwayat Tokoh Agama Islam/Ulama besar di Minang Kabau, Syekh Mato Aie, perlu diketahui. Jika berpedoman kepada filsafah tua, “Berjalan lurus, Berkata benar, Teguh dengan pendirian, maka selamatlah kita dunia dan akhirat”. Apalagi menurut bahasa Sangsekerta dan Filosofi “Minang itu” adalah Kebenaran, barang siapa yang berpedoman diatas kebenaran itulah Minang”.

Syekh Mato Aie, sebuah gelar yang dianugerahkan kepada Muhammad Amin Bin Abdullah atau lebih dikenal (Aminullah- red) oleh Raja Arab Saudi. Bahwasanya Raja Arab Saudi bermimpi, “ Ada seorang ulama yang mempunyai ciri-ciri bengkak di jidat dan Lekung dipunggungnya adanya di Pulau Perca (Pulau Andalas-red) ”. Singkat cerita, bertemulah Raja Arab Saudi dengan Muhammad Amin Bin Abdullah. Ketika Raja Arab Saudi itu menyampaikan Isi mimpinya dan Nazarnya kepada Muhammad Amin Bin Abdullah. “ Ekspolorasi di Saudi Arabia yang dilakukan tidak keluar minyak selama ini tiba-tiba keluarlah minyak. Dan, suatu keanehan juga terjadi diatas bukit tempat Muhammad Aminullah mengajar mengaji di Saranggagak, keluar pulalah Mato Aie (mata air-red) hingga sekarang mato aie itu tidak pernah kering ”.

Maka Raja Saudi Arabia memberikan gelar “ Syekh Mato Aie “ kepada Mahammad Aminulah Bin Abdullah, berikut lemari besi yang berisikan kepingan emas, pending berupa emas keras, kitab-kitab, dan banyak lain didalam lemari besi yang belum terungkap.