KETUM Demokrat AHY Bangun Silaturahmi Dengan KETUM PBNU.

Jakarta,(cMczone.com) – PARTAI DEMOKRAT DAN PBNU SEPAKAT TOLAK RUU HIP, Kamis (25/6) siang, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama jajaran DPP Partai Demokrat silaturahmi kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj beserta pengurus PBNU lainnya, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

“Kedatangan kami ini selain untuk mempererat tali silaturahmi, juga memohon doa restu bagi Partai Demokrat dalam memperjuangkan kepentingan dan aspirasi rakyat, serta meminta saran dan masukan atas isu-isu kebangsaan,” kata AHY.

Selain itu, tujuan AHY sowan ke PBNU ini juga untuk berbagi pandangan terkait Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang telah menjadi kontroversi sekaligus mengancam fondasi kehidupan bersangsa. “Salah satu permasalahan bangsa terkini yang dibahas tadi adalah tentang RUU HIP. Sebagaimana yang teman-teman ketahui bersama bahwa posisi Partai Demokrat secara tegas menolak dilanjutkannya pembahasan RUU HIP. Kami memiliki kesamaan cara pandang dengan teman-teman Nadhliyin dan elemen masyarakat lainnya,” AHY menjelaskan.

“Setidaknya ada empat alasan mengapa RUU HIP perlu ditolak,” ujar AHY. Pertama, kehadiran RUU HIP jelas akan memunculkan ketumpangtindihan dalam sistem ketatanegaraan. Sebab ideologi Pancasila adalah landasan pembentukan konstitusi, yang melalui RUU HIP ini justru diturunkan derajatnya untuk diatur oleh Undang Undang. Kalau RUU ini dianggap sebagai alat operasional untuk menjalankan Pancasila. “Justru hal itu menurunkan nilai dan makna Pancasila,” tegas AHY. RUU ini berpotensi memfasilitasi hadirnya monopoli tafsir Pancasila, yang selanjutnya berpotensi menjadi “alat kekuasaan” yang mudah disalahgunakan dan tidak sehat bagi demokrasi.

Kedua, RUU HIP ini juga mengesampingkan aspek historis, filosofis, dan sosiologis, dimana RUU ini tidak memuat TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme sebagai ‘konsideran’ dalam perumusan RUU HIP ini. “Padahal, TAP MPRS tersebut merupakan landasan historis perumusan Pancasila, yang kemudian kita sepakati secara konsensus sebagai titik temu perbedaan di tengah kompleksitas ideologi dan cara pandang kebangsaan,” AHY menerangkan.

Alasan ketiga, RUU HIP memuat nuansa ajaran sekularistik atau bahkan ateistik, sebagaimana tercermin dalam Pasal 7 ayat 2 RUU HIP yang berbunyi, “..Ciri Pokok Pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan..”. “Hal ini mendorong munculnya ancaman konflik ideologi, polarisasi sosial-politik hingga perpecahan bangsa yang lebih besar,” tambahnya.

Baca Juga :   Kisah Menuju Puncak Kesuksesan

Poin keempat adalah adanya upaya memeras Pancasila menjadi trisila atau ekasila, sebagaimana tercantum dalam pasal 7 ayat (3), yang berbunyi “..Trisila sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terkristalisasi dalam ekasila, yaitu gotong-royong.” Hal itu jelas bertentangan dengan spirit Pancasila yang seutuhnya,” terangnya.

“Secara khusus, saya pun mengapresiasi NU yang secara konstruktif memberikan kritik dan pandangan dalam mengawal dan mengawasi proses politik legislasi di parlemen. Ini penting untuk diteruskan dan dilakukan dalam terciptanya demokrasi yang semakin matang. Partai Demokrat secara terbuka siap menjadi penyambung lidah umat dan fatwa para Kiai se-nusantara untuk menjalankan politik kebangsaan yang sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Ahlu Sunnah wal Jamaah (Aswaja),” terang AHY.

“Bagi Partai Demokrat, NU adalah garda terdepan perjuangan Islam yang moderat, dan nilai-nilai wasathiyyah ini sejalan dengan nilai-nilai perjuangan politik Partai Demokrat yang moderat dan nasionalis-religius. Insya Allah akan selalu istiqamah menjadi partai tengah menjaga keseimbangan. Nilai-nilai itulah yang membuat adanya chemistry diantara PD dan NU. Semoga chemistry yang semakin kuat ini dapat terus dibangun untuk berkontribusi dalam memperjuangkan harapan dan hajat rakyat Indonesia,” tandasnya.

Saat silaturahmi, AHY didampingi Sekjen PD Teuku Riefky Harsya, Bendahara Umum PD Renville Antonio, Wasekjen August Jovan Latuconsina, Kepala Badan Pembinaan Jaringan Konstituen (BPJK) DPP Partai Demokrat, Zulfikar Hamonangan, dan Kepala Departemen Agama dan Sosial Munawar Fuad Noeh. Sementara Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, didampingi antara lain, KH. Abdul Manan Ghani (Ketua PBNU bidang Dakwah dan Masjid, H. Robikin Emhas, SH, MH Ketua PBNU bidang Hukum dan Perundang-Undangan, H. Ishfah Abidal Aziz, SHI, MH Wakil Sekjen, dan Arif Marbun Sekretaris Lembaga Perekonomian NU. (csa/adw)

*2. KETUM AHY APRESIASI BANYAKNYA MUSLIMAT NU YANG DAFTAR JADI ANGGOTA PARTAI DEMOKRAT*

*Jakarta:* Karena kuatnya chemistry yang terbangun antara Partai Demokrat dan Nahdlatul Ulama (NU), Ketum AHY menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas restu PBNU agar warga Nahdliyyin bergabung ke Partai Demokrat. “Kami baru saja mendapatkan informasi dari DPD Partai Demokrat Jatim yang menginformasikan banyak Ibu-Ibu Muslimat NU di Surabaya dan sekitarnya yang baru-baru ini berbondong-bondong bergabung ke Partai Demokrat dan langsung mendapatkan KTA baru Partai Demokrat. Tentu ini kabar yang sangat menggembirakan,” kata AHY di Kantor PBNU Jakarta.

Baca Juga :   Tidak Miliki Izin Bersandar, Kapal Pesiar Exum Dilarang Berlabuh di Tambelan, Tomson: Mencegah Masuknya Virus Corona

Karena itu, AHY sangat senang jika ke depan PBNU berkenan “mewakafkan” lebih banyak kader-kader terbaiknya, untuk bergabung dan berjuang bersama Partai Demokrat. “Sebab, kami paham, NU memang tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana,” kata AHY.

Ke depan, AHY menyatakan Partai Demokrat siap menjadi “rumah yang nyaman” bagi warga Nahdliyyin se-nusantara.

Menurut AHY, hal itu penting ditekankan, karena Partai Demokrat ini memiliki kesamaan dengan NU. Jika dalam ber-Islam, NU adalah garda terdepan dalam memperjuangkan corak Islam yang moderat, tengah, atau yang kita sebut sebagai Islam wasathiyyah, maka Partai Demokrat juga konsisten menjadi simbol perjuangan politik yang moderat, partai tengah, nasionalis-religius dan tidak ekstrim kiri (ultra-nasionalis) maupun ekstrim kanan.

“Saat banyak pihak mengeksploitasi politik identitas, kami berusaha istiqomah untuk tidak tergoda dan tetap berada di tengah untuk menjaga keseimbangan. Jadi, khittah atau garis perjuangan politik Partai Demokrat memiliki kesamaan dengan garis perjuangan Nahdlatul Ulama dalam mempromosikan nilai-nilai keislaman. Kami sama-sama bercorak “wasathiyyah”, atau ‘tengah’ dan moderat. Jadi wajar jika Partai Demokrat memiliki chemistry yang kuat dengan NU”, kata AHY.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menyarankan Ketum AHY agar lebih sering mengajak dan merayu warga Nahdliyyin untuk masuk ke Partai Demokrat. “Demokrat silakan pandai-pandai merayu Nahdliyin” kata Said Aqil Siroj. (csa/adw)

*3. SILATURAHMI KE PBNU, AHY: BANYAK SEKALI KEMIRIPAN NU DENGAN PD*

*Jakarta:* Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersilaturahmi ke kantor Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), Kamis (25/6) siang di Jl. Kramat Raya no. 164, Jakarta Pusat. AHY disambut Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj. Kepada awak media yang hadir, AHY menjelaskan maksud dari pertemuannya yang berlangsung secara tertutup.

Baca Juga :   Warga Sungai Bujang Sangat Yakin Kepada Fadhil-Bakhtiar untuk Merubah Batanghari Lebih Baik

“Kami tadi berbincang-bincang tentang berbagai hal, dari apa yang terjadi di dunia hari ini, lalu dampaknya terhadap Indonesia di masa pandemi dan kemudian juga tadi berbicara tentang aspek kebangsaan lainya,” jelas AHY. “Yang jelas banyak sekali kemiripan antara NU dan PD. Kami melihat NU selalu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan umat Islam di Indonesia ini, tentu dengan ideologi yang jelas dan diterima oleh semuanya berada di tengah secara moderat. Sedangkan dalam aspek politik, Partai Demokrat adalah partai yang juga berada di tengah yang ingin merangkul semua. Itulah kenapa kami memiliki landasan nasionalisme dan religius,” lanjutnya.

AHY berharap kebersamaan antara PD dan NU dapat terus berlanjut, karena baginya, PD dan NU memiliki tujuan besar yang sama, yaitu untuk NKRI dan memperjuangkan kelestarian agama Islam dan budaya Indonesia yang tidak tercabut dari akarnya.

“Kami melihat bahwa tantangan ke depan tidak semakin mudah hanya dengan kerja sama, kolaborasi dan sinergi semacam ini. Mudah-mudahan dengan adanya hubungan antara partai politik, civil society dan elemen bangsa lainnya, kita semua bisa dapat berperan untuk menjaga negara Indonesia,” terusnya.

Sementara itu KH. Said Aqil Siroj mengucapkan rasa terima kasihnya atas kehadiran AHY dan Partai Demokrat. Ia pun dengan akrab memuji AHY sebagai aset negara Indonesia dan calon pemimpin masa depan. Selaras dengan semangat dan tujuan besar Partai Demokrat, kepada awak media yang hadir, Said menjelaskan betapa pentingnya peran partai, pemerintah dan civil society untuk mempertahankan keutuhan NKRI.

“Pokoknya kita pertahankan keselamatan, keutuhan dan jati diri bangsa ini. Kewajiban bersama tidak bisa hanya dari satu pihak, tapi bersama-sama dari pemerintah, partai politik dan kekuatan civil society yang harus menjaga keselamatan, dan keutuhan bangsa ini,” kata Said. “Selain keselamatan geografis, perlu juga kita jaga keselamatan budayanya, jati dirinya, dan kepribadiannya. Sebuah bangsa bisa terhormat dan bermartabat kalau negara itu memiliki budaya yang mulia. Ketika kemuliaan itu ambruk, hancurlah martabat bangsa kita,” lanjutnya. (adw/csa)

*Ossy Dermawan*
*Kepala Badan Komunikasi Strategis*
*DPP Partai Demokrat*
081314889889