Kejujuran dan Kepercayaan itu Modal Utama Pemimpin yang Hebat

Oleh: Suyono Saeran 

Pada suatu malam Khalifah Umar Bin Khatab jalan kaki sendirian ke suatu wilayah untuk melihat nasib rakyatnya dari dekat.

Ketika sampai di sebuah desa, Umar Bin Khatab kelelahan dan memutuskan istirahat sejenak dengan menyandarkan tubuhnya yang keletihan di sebuah batu besar.

Tidak jauh dari tempat Umar Bin Khatab istirahat, ada sebuah rumah kecil yang ditinggali seorang wanita bersama anak perempuan semata wayangnya. Rumah tersebut hanya diterangi lampu yang temaram.

Ketika semua orang tidur, ibu dan anak perempuan itu bangun. Mereka berdua terlihat sibuk menuang susu ke beberapa wadah untuk dijual ke pasar pada pagi harinya. Ibu itu memang dikenal sebagai seorang penjual susu yang penghasilannya untuk menopang hidup bagi keluarga dan anaknya.

Di tengah anaknya sibuk menuang susu, sang ibu berkata, “Nak campur saja susu itu dengan air. Dengan begitu maka keuntungan kita akan semakin banyak. Toh apa yang kita lakukan tidak akan diketahui oleh Khalifah Umar.”

Baca Juga :   Ansar: Anak-Anak Muda Kepri Harus Disiapkan Untuk Hadapi Persaingan Global

Mendengar saran ibunya, anak itu tertegun. Mulutnya terkunci dan dia memilih diam seribu bahasa. Tetapi kecerdasan dan akal sehatnya berontak.

Anak itu kemudian meletakkan wadah susu yang baru dipegangnya. Dia memilih duduk bersimpuh di depan ibunya. Dengan suara lembut anak itu berujar, “Ibu, memang apa yang kita lakukan Khalifah Umar tidak tahu. Tapi ketahuilah ibu, Tuhannya Umar yang maha tahu melihat segala apa yang kita lakukan. Kita tidak bisa menghindar dari-Nya, bu.”

Mendengar kejujuran anaknya sang ibu hanya bisa pandangi wajah anak semata wayang yang disayanginya itu. Dia elus kepala anak itu dan direngkuhnya dalam pelukan.

Malam semakin sunyi ketika ibu dan anak itu sibuk mempersiapkan susu yang akan dijualnya ke pasar.

Baca Juga :   Manajemen 4.0 Untuk Trasparansi Pemerintahan

Namun pembicaraan antara ibu dan anak itu ternyata diam-diam terdengar Khalifah Umar yang tengah istirahat bersandar di sebuah batu yang tidak jauh dari rumah wanita itu.

Khalifah Umar mendengar semuanya bahkan setiap huruf yang dikeluarkan ibu dan anak itu dicatat dan diingat baik-baik oleh Umar.

Ketika sebelum subuh, Umar bergegas pulang. Esok paginya Umar berkata kepada Ashim, putranya.

“Ashim, pergilah ke suatu tempat di daerah ini. Engkau akan bertemu dengan seorang gadis, kalau dia tidak sibuk bekerja, maka persuntinglah dia menjadi istrimu. Semoga Allah memberimu keturunan yang baik darinya,” kata Umar.

Firasat Umar manjur dan tepat. Ternyata benar, akhirnya putranya itu mempersunting anak perempuan dari wanita penjual susu itu.

Mereka diberi anugerah keturunan yang saleh. Isti Ashim melahirkan anak perempuan yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan.

Hasil dari pernikahan ini akhirnya melahirkan Umar bin Abdul Aziz yang dikenal sebagai seorang khalifah yang adil. yang jujur itu dipanggil ke istana.

Baca Juga :   Ansar-Marlin Pilih Tampil Apa Adanya 

Sahabat, Kejujuran (honesty) dan Kepercayaan (trust) selalu menjadi kunci dari sebuah kesuksesan seseorang. Tidak hanya dalam bisnis, dalam memilih seorang pemimpin salah satu yang jadi tolok ukur dari seorang pemimpin yang baik adalah trust and honesty.

Pemimpin yang jujur sama rakyatnya maka dia akan melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Pemimpin yang memegang prinsip-prinsip kepercayaan tidak akan mengkhianati kepercayaan publik yang sudah diserahkan sepenuh hati kepadanya.

Karena dia tahu, kebohongan sekecil apa pun pasti akan terungkap. Pengkhianatan meski hanya setipis kulit ari pasti akan terlihat.

Pemimpin yang hebat selalu berdiri di atas trust and honesty demi kemakmuran rakyatnya. Demi kemajuan negeri yang dia cintai.

Mari memilih pemimpin yang jujur dan bisa dipercaya untuk Kepri yang AMAN dan lebih baik….