Kisah Menuju Puncak Kesuksesan

Oleh : Suyono Saeran 

Ketika dipandang dari jauh, sebuah gunung yang tinggi selalu menampakan sebuah keindahan yang tiada terkira. Landscape gunung itu selalu menghadirkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Karena keindahannya, tidak sedikit yang ingin mendaki dan menaklukan puncaknya.

Dan bagi siapapun kalau berhasil mendaki dan menggapai puncaknya, akan mendapat surprise berupa keindahan yang sempurna di bagian bawah yang dipenuhi lereng-lereng yang menghijau dan hamparan sawah serta perumahan yang begitu mengundang decak kagum.

Karena keindahan pemandangan sebuah gunung,  suatu hari ada seorang pemuda yang ingin mendaki ke gunung tersebut.  Dengan segala persiapannya si pemuda itu berangkat dengan penuh keyakinan dan optimisme yang tinggi.

Sampai di lereng gunung yang ingin ditaklukkannya itu, si pemuda melihat ada sebuah rumah di tengah-tengah sawah. Pemuda itu langsung mendekat ke rumah tersebut.

Rumah itu dihuni oleh seorang kakek tua dan hidup sendirian. Pemuda itu dengan penuh kesopanan mengetuk pintu rumah dan mohon ijin untuk masuk dan meyapa si kakek tua dengan lembut.

Si kakek tua mempersilahkan duduk dan memberikannya segelas air putih pada sang pemuda. Setelah berbincang dan memperkenalkan diri, si pemuda menyatakan apa yang hendak akan dilakukannya.

“Kek, saya ingin menuju ke puncak gunung itu. Saya minta tolong tunjukan jalan yang paling mudah untuk bisa sampai ke puncak gunung itu, kek,” kata si pemuda sambil tangannya menunjuk puncak gunung yang diselimuti awan tipis yang eksotis.

Baca Juga :   Tanpa Kenal Lelah, Hari Ini Ansar Ahmad Kampanye di 12 Pulau di Lingga

Si kakek tidak memberitahu tetapi malah mengangkat tiga jari ke arah pemuda itu.

“Ada 3 jalan yang bisa kamu pilih untuk menuju ke puncak gunung itu. Kamu bisa memilih sebelah kiri, tengah, atau sebelah kanan,” kata kakek.

“Kalau aku memilih jalan yang sebelah kiri?” tanya si pemuda.

“Jalur sebelah kiri nanti kamu akan menemukan banyak bebatuan,” jawab si kakek dan kemudian langsung berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.

Tanpa pikir panjang, kemudian si pemuda mulai melanjutkan perjalanannya dengan melewati jalan yang tadi sudah dipilih. Tetapi selama perjalanan, si pemuda menemukan banyak masalah, karena bebatuannya semakin keatas semakin sulit untuk didaki.

Akhirnya si pemuda itu memutuskan untuk kembali ke rumah kakek tadi dan meminta jalan yang lain.

“Aku tidak sanggup melewati jalan itu. Bebatuannya sangat besar dan sulit ditempuh. Adakah jalan lain yang lebih mudah?” keluh si pemuda kepada kakek itu.

Kakek menatap si pemuda itu dengan senyuman, kemudian mengangkat tiga jari lagi.

“Pilihlah salah satu, kiri, tengah, atau kanan,” jelas si kakek mengulangi.

Baca Juga :   Ansar Ahmad : Saya Ingin Membangun Kepri dengan Hati

Lalu si pemuda itu menunjuk jari sebelah kanannya si kakek

“Kalau memilih jalan sebelah kanan?” pemuda itu kembali bertanya.

“Jalur sebelah kanan, kamu nanti banyak menemukan semak berduri,” jawab kakek singkat.

Kemudian si pemuda itu memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan. Si pemuda melewati jalur sebelah kanan ini dengan penuh keyakinan, tetapi setelah agak lama melewati jalur itu, semak berduri semakin lebat, dan si pemuda ini mengeluh.

Setelah itu memutuskan untuk kembali lagi ke rumah si kakek.

“Kek, aku ingin sekali bisa sampai ke puncak sana. Tapi ketika melewati dua jalur tadi, aku seperti mondar-mandir di tempat yang sama. Aku seperti tidak bisa mendaki lebih tinggi lagi, dan terpaksa harus kembali ke sini lagi tanpa hasil. Tolong tunjukkan jalan lain yang lebih mudah dan bisa untuk didaki agar aku bisa sukses menggapai puncak ngunung ini,” kata si pemuda penuh harap.

Lalu si kakek menatap ke arah pemuda itu dengan serius. Dengan tatapan tajam kakek itu siap untuk menjelaskan.

“Wahai anak muda, jika kamu ingin sampai puncak gunung itu, tidak ada jalan yang mudah dan rata untuk kamu lalui. Untuk menuju puncak kamu harus melewati banyak rintangan dan cobaan, bebatuan, semak belukar, bahkan jalan buntu pun harus tetap kamu lewati selama kamu mempunyai tekad yang besar untuk menuju puncak sana. Selama keinginanmu kuat hadapilah setapak demi setapak, lalui dengan penuh kesabaran, nikmati proses itu dengan sekali-kali memandangi pemandangan yang indah. Kamu pasti akan berhasil sampai ke puncak gunung itu. Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan, nak,” ucap kakek itu sambil mengelus pundak anak muda itu.

Baca Juga :   Ansar: Wisata Lingga itu Ibarat Emas di Bumi Melayu

Dengan takjub pemuda itu mendengar semua perkataan kakek itu. Kemudian dia tersenyum dan mengatakan, “Aku paham, aku paham sekarang. Terima kasih kek, aku akan melewati rintangan itu dengan seluruh tenaga yang aku punya untuk menuju ke puncak gunung itu,” kata anak muda itu penuh semangat.

Kakek itu membalas dengan senyuman tulus ke arah pemuda itu dan berkata: “Kamu pasti sampai puncak gunung itu anak muda.”

Untuk meraih kesuksesan yang kita inginkan, sama seperti analogi pemuda yang ingin mendaki tadi. Tidak ada jalan pintas untuk menuju sukses. Semua butuh pengorbanan, rintangan dan cobaan, bahkan kegagalan selalu datang silih berganti.

Selama masih punya tekad yang besar dan hati yang ikhlas, mari kita terus berjuang serta menyelesaikan masalah yang ada dan yakin bahwa kita akan sampai pada puncak kesuksesan.