Ansar-Marlin Pilih Tampil Apa Adanya 

Oleh: Suyono Saeran

Salah satu strategi kampanye dalam kontestasi politik di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kepulauan Riau (Kepri) tahun 2020 ini yang begitu riuh dan ramai adalah politik pencitraan.

Masing-masing tim sukses Pasangan Calon (Paslon) dengan berbagai upaya terus meyakinkan publik dengan bahasa pencitraan yang manis, memikat dan tak jarang dengan bumbu-bumbu politik yang dikemas dengan narasi yang begitu aduhai.

Akhirnya perang branding Paslon pun tidak bisa dihindari. Hampir setiap detik berseliweran di jagat dunia maya baik melalui Facebook, Twitter, Instagram, group-group WhatsApp dan sebagainya.  Tampilan Paslon yang menggugah hati beserta jargon-jargon politik yang melenakan bak alunan merdu seruling Leo Rojas.

Masyarakat kemudian disuguhkan sebuah teatrikal Paslon yang manis, perhatian dan seolah-olah punya keberpihakan yang besar terhadap publik. Meski pada kenyataannya, antara fakta dan tampilan yang sebenarnya begitu jauh berbeda.

Tapi inilah politik. Terkadang soal isi ditempatkan di beranda paling belakang. Yang penting bungkus, tampilan dan penampakan lahiriahnya sempurna.

Baca Juga :   Reses 'Sambung Rasa' Dewi Kumalasari di Daik Lingga: Wakil Rakyat Harus Hadir dalam Bentuk Fisik dan Psikologis

Publik selalu dininabobokkan dengan narasi-narasi yang kurang mengedukasi tentang fakta yang sebenarnya dari Paslon yang akan ikut turun dalam kuru setra pertempuran di palagan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Kenyataan itulah kemudian yang melahirkan sikap kritis masyarakat yang justru akhirnya mereduksi dan menenggelamkan pencitraan dan polesan bedak pupur semu di wajah Paslon yang diagung-agungkan oleh para tim sukses melalui politik pencitraan.

Bagi Paslon Ansar Ahmad-Marlin Agustina, dalam momentum Pilkada kali ini lebih memilih menyuguhkan ruang dan kebebasan pada publik yang seluas-luasnya untuk memberikan penilaian secara jujur.

Ansar-Marlin tidak terlalu ngotot dengan penampilan yang dibuat-buat agar publik terkesima. Ansar-Marlin tidak perlu harus mengatur sorot kamera, pencahayaan dan senyum yang dibuat-buat agar terasa enak dilihat dan manis di depan publik.

Karena itu ketika turun ke masyarakat dalam rangka kampanye dan sosialisasi, Calon Gubernur Provinsi Kepri nomor urut tiga (3), H. Ansar Ahmad, SE, MM, tidak pernah membawa kameraman khusus, photografer handal atau pun tukang make up untuk menjaga penampilan.

Baca Juga :   Sempat Terjegal Akhirnya PBB Lolos Peserta Pemilu 2019

Ansar Ahmad memilih tampil apa adanya. Terkadang berpeluh, bau keringat, baju basah karena hujan bahkan tidak jarang lupa mandi karena padatnya jadwal pertemuan memenuhi keinginan masyarakat yang mengharap kedatangannya.

Karena tampilan yang apa adanya, tampilan yang tanpa polesan bedak pupur, membuat masyarakat Kepri mengambil peran secara mandiri untuk bergabung dalam tim kampanye Ansar-Marlin, dan secara terbuka menyatakan pikirannya untuk mewujudkan cita-cita Kepri yang baru dan maju.

Ini bukan hanya suatu asumsi belaka, melainkan sebuah realitas politik yang terjadi. Suasana kampanye Ansar Ahmad-Marlin Agustina yang dihadiri oleh antusiasme masyarakat dan histeria massa yang terjadi di lapangan menandakan semangat perubahan itu mendominasi dibanding dengan semangat untuk mempertahankan pencitraan dan gaya kepemimpinan yang lemah segala-galannya.

Histeria massa dalam lapangan kampanye terbuka pasangan Ansar-Marlin bukanlah sebuah citra atau diambil dari sudut kamera yang telah diedit.

Apa yang tergambar dan tersajikan di publik merupakan fakta di lapangan tanpa sensor dan semua menyaksikan, bagaimana masyarakat begitu berharap kehadiran seorang Ansar Ahmad. Masyarakat begitu merindukan sosok pemimpin penuh keibuan dari seorang Marlin Agustina.

Baca Juga :   Dokumen Syarat Dukungan Perbaikan Resmi Diserah Terimakan Pasangan Zas ke KPU Selayar

Ansar dan Marlin tidak pernah menawarkan program yang hanya hasil klaim yang pengaruhnya tidak menyentuh langsung masyarakat paling bawah. Ansar-Marlin hanya bicara kerja yang sudah dilakukan dan akan dilakukan untuk menyambut Kepri Baru Kepri Maju.

Sandaran utama Ansar-Marlin selain kekuatan Allah yang tanpa tanding, juga kekuatan masyarakat yang sedang dipenuhi andrenalin perubahan yang datang bergemuruh dari bawah.

Sebuah social movement itu muncul dari kekuatan akar rumput yang tidak bisa dilawan oleh kekuatan finansial maupun kekuasaan, karena itu adalah kehendak rakyat.

Gerakan perubahan sosial tidak lahir begitu saja, tetapi ia merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dengan ideologi politik pasangan calon. Sehingga secara ideologis afiliasi politik dibangun dengan narasi besar, yang menggelorakan semangat persatuan dan kesamaan perasaan dan pandangan.

Jadi tidak heran, kalau pendukung Ansar-Marlin lebih progressif, dan ikhlas dalam mengkampanyekan kemenangan bagi pasangan Calon Gubernur Provinsi Kepri nomor urut tiga (3) meskipun finansial sangat terbatas.