Diduga Adanya Monopoli, CIC Minta Mabes Polri Usut Pengangkutan Bauksit ke Bintan…

cMczone.com – Ketua umum Coruption Investigation Committe atau CIC Raden Bambang, meminta Mabes Polri usut proses pengangkutan bauksit dari Kalimantan ke Bintan.

Bambang menduga, adanya monopoli atau permainan yang terjadi dalam proses smelter di PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) Galang Batang, Kabupaten Bintan, yang bersumber dari bahan baku biji bauksit.

“Mengapa perusahaan ini selalu mendatangkan bahan baku bauksit dari Kalimantan, sedangkan di Bintan begitu melimpah?,” ucap Bambang, Selasa, 11 Oktober 2022.

Bambang menilai, pola tersebut menyebabkan sejumlah perusahaan-perusahaan lokal di Bintan kebingungan. Pasalnya, biji bauksit yang mereka miliki tidak dapat tertampung ke perusahaan pengolahan (smelter).

Baca Juga :   FPII Riau Kutuk Pelaku Pembunuhan Dua Jurnalis Di Labuhan Batu

“Padahal, kalau kita analisis, cost atau pengeluaran aktivitas industri ini sangat besar. Karena, ada biaya angkut dari Kalimantan ke Bintan,” ujar Bambang.

Ketua CIC ini pun menduga, adanya permainan yang terjadi dalam kegiatan pengangkatan bauksit dari Kalimantan ke Bintan. Mestinya, kata Bambang, bauksit di Kalimantan pembangunan smelter di Kalimantan juga, sementara, yang di Kepulauan Riau (Kepri) untuk ekploitasi yang di Kepri.

Untuk itu, Bambang meminta, agar penegak hukum mengusut dugaan monopoli dan manipulasi dokumen, sehingga pengangkutan berjalan lancar.

“Kita ingin, keberadaan suatu perusahaan dapat berdampak positif bagi pengusaha lokal. Jangan ada permainan-permainan,” harap Bambang.

Pasalnya, Bambang melihat, bauksit yang ada di Bintan tidak dimaksimalkan, dan tentunya berdampak pada pengusaha lokal di daerah tersebut.

Baca Juga :   KPK periksa dua saksi swasta untuk kasus tersangka Setya Novanto

Hal itu juga dibenarkan oleh salah satu pengusaha tambang bauksit lokal di Bintan, Imron. Imron merasa, kondisi ini menyebabkan potensi ekonomi dari pertambangan bauksit tidak berdampak bagi daerah.

“Jumlah stockpile 450 ribu MT tidak termanfaatkan dengan baik. Padahal, bila biji bauksit tersebut dapat diolah, tentu akan memberikan sumbangsih bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD),” sebut Imron.

Berdasarkan informasi di lapangan, kata Imron, sejumlah pengusaha lokal mengaku kesulitan untuk menyalurkan bahan baku bauksit ke perusahaan smelter.

“Logikanya, keberadaan smelter bisa mendukung pertambangan di daerah, karena efeknya pasti bagus bagi pergerakan dan pertumbuhan ekonomi di daerah itu,” imbuh Imron.

Editor: Budi Adriansyah