Abaikan Hak Buruh , Bendahara DPN SBSI Sebut PTPN V Tidak Manusiawi 

Pekanbaru  (cMczone.com )–  Nurlina Pakpahan nama yang tidak asing lagi bagi dunia perburuhan di Indonesia . 13 tahun lamanya bergabung di SBSI” Serikat Buruh Solidaritas Indonesia ” membuat dirinya kenyang akan penindasan hak hak buruh dari perusahan yang ada di Indonesia .

Awalnya terlihat santai dan santun saat aksi di depan kantor pusat PTPN 5 jalan Rambutan kota Pekanbaru bersama ratusan buruh dari PT Perkebunan Nusantara V Kebun Tanjung Medan Kabupaten Rokan Hilir . Namun ditengah kemelut aksi pihak PTPN V yang di wakil kan oleh Kepala Humas ” Sampe Sitorus ” serta di dampinggi ketua Aspebun ” Asmaludin Sinaga ” datang menemui para pendemo , dalam sambutan nya Kepala Humas PTPN V dengan lantang nya menyampaikan beberapa poin yaitu

” Bahwa kehadiran karyawan/ buruh dari PTPN V Kebun Tanjung Medan Kabupaten Roman Hilir untuk meminta hak hak nya kepada PTPN V itu salah alamat , dimana perlu diketahui status karyawan/ pekerja yang hadir semuanya tidak ada urusan dengan pihak PTPN V , dimana ditegaskan Sampe Sitorus status karyawan/buruh yang hadir adalah tanggung jawab PT atau Pendor ( pihak ketiga yang kerjasama dengan PTPN V ) ditegaskannya bapak dan ibu yang hadir salah alamat .

Baca Juga :   Gunakan Mobil Damkar, Polres Tanjungpinang Bersama Stakeholder Semprotkan Disinfektan ke Sejumlah Fasum

” Terkait hak hak Normatif yang dituntut karyawan/buruh yang hadir sama sekali pihak PTPN V tidak ada urusan , silahkan tuntut perusahaan yang mempekerjakan mereka , tegasnya .

” Bahwa perlu saya tegaskan juga selama ini kami ( pihak PTPN V )tidak pernah melakukan kerjasama dengan serikat mana pun (baik SBSI maupun serikat lain nya ) PTPN V hanya melakukan kerjasama dengan pihak ” ASPEBUN , Asosiasi Perkebunan ” khusus di seluruh perkebunan PTPN 5 di Provinsi Riau .

” Bahwa kehadiran ratusan karyawan/buruh yang hadir saat ini untuk menuntut hak nya sama semakali pihak PTPN V tidak mengenal nya , dimana sebelum menghadiri kerumunan karyawan/buruh Sampe Sitorus mepertanyakan  Asmaludin Sinaga selaku ketua Aspebun , dimana sama tidak pernah mengenal dengan karyawan/buruh yang hadir dan ditegaskan Sampe Sitorus tidak terdaftar sebagai karyawan/buruh PTPN V

Baca Juga :   Kapolsek Tabir Selatan Memantau Kegiatan Vaksinasi Lansia Desa Rawa Jaya

Hal senada juga disampaikan Asmaludin Sinaga ( ketua Aspebun ) dalam sambutan nya menuturkan

“Sampai detik ini karyawan/buruh yang bergabung di Aspebun  tidak pernah memiliki persoalan kepada pihak PTPN V , Aspebun sendiri memiliki data yang otentik terhadap anggpta nya . Jamaludin juga menyampaikan jika ada buruh yang bergabung dalam Asbun yang  hak-hak diabaikan pihak PTPN V maka atas nama ketua Aspebun ia siap mepertanyakan nya kepada dirut PTPNV

” Atas nama ketua Aspebun se Provinsi Riau menyampaikan sama sekali tidak mengenal karyawan/buruh yang hadir saat ini dimana Asmaludin menegaskan bapak dan ibu yang hadir saat ini datang dengan alamat palsu artinya kehadiran bapak dan ibu sama sekali bukan karyawan/buruh PTPN V melainkan karyawan/buruh pihak perusahaan (PT ) yang bekerjasama dengan PTPN V .

Baca Juga :   Pesantren Mahasiswa Dai (PESMADAI) Buka Cabang Baru di Makassar & Mamuju

Usai mendengar penyampaian dari Sampe Sitorus Kepala Humas kantor Pusat PTPN V dan  Asmaludin  ketua Aspebun , tiba- tiba darah pitam Nurlina Pakpahan ( Bnedahara DPN SBSI Serikat Buruh Solidaritas Indonesia ) langsung mencabik-cabik tudinggan yang disampaikan Sampe Sitorus dan Asmaludin . Dalam orasi nya Nurlina Pakpahan mengatakan Sampe Sitorus dan Asmaludin ” ASBUN atau Asal Bunyi

Lanjut Nurlina Pakpahan , ini lah bobrok nya sistim manajemen yang dibangun pihak PTPN V selama ini dalam mengelola perkebunan . Kita tau PTPN V adalah salah satu perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ) yang bergerak dibidang perkebunan , namun sayang mulai dari direktur kantor Pusat PTPN V sampai pada kepala sektor dan bawahan nya tidak becus mengelola , yang artinya kita lihat selama ini karyawan/karyawati , mandor, kepala cabang bahkan sampai direktur pusat menikmati kehidupan yang glaour ( mewah ) sementara keringan buruh pekerja kasar ( tukang dodos ) tidak mendapatkan kehidupan yang layak , tegasnya .