Dari Kota Praha – Cheko, GENPPARI Transformasikan Roadmap Pengembangan Wisata Indonesia

Cheko ( cMczone.com ) Sekitar 4 jam Kota Praha (Prague) ditempuh dari Kota Bratislava. Setelah melalui kota Brno perjalanan terus saja melalui highway (jalan tol). Deretan hutan Pinus, ladang pertanian, dan desa – desa kecil yang menarik terlihat di sepanjang kiri dan kanan jalan.

Dede Farhan Aulawi selaku Ketua Umum Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI) di kediaman nya menyatakan bahwa Praha selaku ibukota negara Cheko dikenal kota dengan Seratus Menara. Kota ini unik dan indah hingga diakui oleh badan dunia UNESCO. Ujar Dede.

Di sana ada Old Town Hall dengan Prague Astronomical Clock yang terkenal. Kafe – kafe untuk ngobrol santai sangat menarik, asyik dan romantik. Terlebih sambil menikmati keindahan sungainya beserta kapal pesiar di Vltava, Gothic Charles Bridge dan Gereja St. Nicholas di Kota Lesser, juga gereja Baroque yang arsitektur nya sangat indah.

Baca Juga :   KPK Kembali Tangkap Kepala Daerah

Satu lagi yang tak boleh dilupakan bahwa kota Praha dikenal sebagai kota yang sangat Romantis.

Jika datang pada musim semi, taman bunga Petrin Park tampak indah karena ribuan bunga sakura sedang mekar.

Jika datang pada musim gugur ketika daun berwarna-warni terbang di sepanjang tepi jalan diterangi matahari dari Vltava, atau di musim dingin, ketika atap dan menara dari kota tua yang ditutupi selimut putih salju, akan menambah kesyahduan wisata di kawasan Eropa Timur.

” Praha dalam beberapa dekade terakhir, kembali ke tradisi kuno pembuatan wine. Kebun-kebun anggur dihidupkan kembali. Terlebih saat jalan – jalan di malam hari menapaki lorong kota yang penuh mitos. Romantika jejak sejarah masa lalu diantara bangunan – bangunan tua yang melegenda. Kiri kanan jalan pepohonan dihiasi lampu hias putih yang melukiskan kemahsuran masa lalu “, ujar Dede.

Baca Juga :   Gara Gara Rebutan Cewek Anak Kepala Daerah Lakukan Penganiayaan

Di kota Praha juga mudah untuk menemukan istana Praha (Prague Castle) yang merupakan salah satu benteng terbesar di dunia.

” Namun demikian, tentu tidak cukup hanya dengan kagum karena semua harus ditransformasikan ke dalam roadmap Pengembangan pariwisata Indonesia. Kombinasi wisata sejarah, budaya dan seni dalam satu paket kebijakan yang terintegrasi ” ungkap Dede mengakhiri perbincangan.