Natuna, Dilema Harga Ikan Tidak Stabil

NATUNA, (cmczone.com) – Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), merupakan daerah dengan potensi perikanan yang cukup besar. Namun, potensi tersebut tidak menjamin kestabilan harga ikan laut di pasaran. Pada musim-musim tertentu, harga ikan bisa melambung tinggi.

Dalam beberapa minggu ini, harga ikan di pasaran mengalami kenaikan harga dua kali lipat dari biasanya. Naiknya harga ikan laut ini, tentu saja dikeluhkan oleh konsumen, khususnya ibu-ibu rumah tangga.

Hal tersebut menjadi pertanyaan tentang bagaimana tata kelola perikanan di Kabupaten Natuna, sehingga belum memberikan dampak ekonomis bagi nelayan dan tempat pengolahan ikan yang juga berdampak bagi konsumen, soal ketidakstabilan harga ikan.

Menyikapi hal tersebut, Ahmad Luanda Rangkuti, Kepala Bidang (Kabid) Perindustrian, Perdagangan (Perindag) pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Natuna yang hadir dalam kegiatan acara Kopi Pagi edisi Jum’at, (6/3/2020) mengatakan, bahwa salah satu faktor penyebab kelangkaan pasokan ikan di pasar yang menyebabkan harga ikan terbilang mahal adalah, kondisi cuaca yang masih ekstrim di perairan Natuna.

Baca Juga :   Irjen TNI Tinjau Sarpras Makogabwilhan I di Dompak

“Mungkin permasalahan yang timbul saat ini, karena kelangkaan pasokan ikan. Khususnya di Pasar Ranai. Sehingga menimbulkan kenaikan harga. Nelayan kita saat ini mengalami kesulitan dalam hal melaut, karena cuaca buruk dan ekstrim, otomatis aktivitas mendapat ikan rendah. Kalau berani pun, hasil tangkapannya tidak maksimal,” ungkap Ahmad.

Lebih lanjut Ia mengatakan, hal tersebut sebenarnya sebuah dilema yang dialami nelayan.

“Harga ikan mahal, tapi nelayan tidak mendapat tangkapan banyak. Biaya produksi juga mahal,” ujar Ahmad.

Ahmad mengatakan, pihaknya juga mengkhawatirkan kondisi harga ikan yang tidak stabil ini berlangsung terus-menerus.

“Kalau kita mengalami kenaikan harga terus menerus, kemampuan beli dari konsumen akan menurun. Ikan akan menyumbang inflasi terhadap perekonomian kita,” ujar Ahmad.

Baca Juga :   Laksanakan Perintah Kapolri, Polsek Tanjungpinang Timur Siapkan Perlengkapan Karhutla

Sementara itu, penanggung jawab pengelola pelabuhan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa, Muhammad Solikhin yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan, bahwa keberadaan SKPT adalah untuk memberi pelayanan terkait perikanan. Namun, ia mengakui untuk operasionalnya, SKPT belum memadai. Masih ada beberapa hal yang perlu ditambah lagi.

“Masih tahap proses juga. Dari sarana dan prasarana, juga Sumber Daya Manusia masih terbatas. Sarana yang masih kurang seperti pabrik es semoga ditambah lagi, dermaga yang lebih panjang, kolam pelabuhan dan perbengkelannya,” ujar Solikhin.

Selain itu, Solikhin juga mengungkapkan, bahwa selama ini memang Kapal-Kapal 30 GT sudah mendarat di SKPT, tetapi ikannya belum didaratkan sama sekali di SKPT. Sehingga perlu diatur regulasi yang tegas dan jelas untuk kapal-kapal tersebut.

Baca Juga :   Polres Tanjungpinang Bersama TNI dan FKPD Gotong Royong di Lokasi Longsor Graha Cendrawasih

Selanjutnya, penanggung jawab Perum Perindo Unit Natuna, Roberto mengakui, bahwa pihaknya sempat membahas keadaan ini di internal mereka. Bersama Disperindag, Perindo juga melakukan operasi pasar.

“Kenaikan harga atau tidak stabilnya harga ikan biasa terjadi juga di tahun sebelumnya. Namun, pada tahun ini, agak khas. Karena musim utara yang cukup panjang,” ujar Roberto.

Mengenai ketidakstabilan harga ikan ini, Disperindag berharap ada lembaga khusus yang mengurus masalah ikan.

“Kalau stok kurang, ada lembaga yang ditunjuk untuk mengambil ikan ke Perindo. Jangan individu-individu,” ujar Roberto.

Laporan: Budi Adriansyah/MC Natuna