Berita  

UPDATE TERBARU BANJIR & LONGSOR SUMATRA 2025 — Korban Tewas 442 Orang, Ribuan Hilang & Mengungsi

Screenshot

Jakarta/Sumatra – cMczone.com | 1 Desember 2025

Bencana banjir bandang dan tanah longsor terus melanda Pulau Sumatra sejak akhir November 2025. Hujan ekstrem yang dipicu oleh cuaca tidak biasa — termasuk dampak dari fenomena tropis — membuat sungai-sungai meluap, lereng longsor, dan permukiman menjadi zona bahaya. Hingga data terakhir, prognosa resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut total korban meninggal dunia mencapai 442 orang, dengan 402 orang dinyatakan hilang, dan ratusan ribu jiwa mengungsi menyebar di beberapa provinsi. 

Di provinsi Sumatera Utara (Sumut) — menjadi penyumbang korban terbanyak. Banyak kabupaten di kawasan pegunungan dan pesisir yang terkena longsor masif dan banjir bandang, terutama di Tapanuli, Sibolga, dan Nias. Infrastruktur putus total, komunikasi lumpuh, dan akses darat terhambat. 

Baca Juga :   Buat Onar dan Sebarkan Fitnah di Media, 2 Kepling di Denai Harus Dipidanakan

Di Aceh, hujan ekstrem menyebabkan banjir luas dan tanah longsor di sejumlah kabupaten. BPBD setempat melaporkan puluhan korban tewas dan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal.

Di Sumatera Barat (Sumbar) — kawasan lembah, pegunungan dan aliran sungai juga terkena dampak banjir dan longsor. Banyak rumah hanyut, jembatan rusak, dan akses ke desa-desa terisolasi. Korban tewas di provinsi ini dilaporkan puluhan hingga lebih dari seratus di kabupaten tertentu.

Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, BNPB, Basarnas dan relawan terus bergerak. Pemerintah sudah menyiagakan bantuan udara dan distribusi logistik ke lokasi-lokasi paling sulit dijangkau. Namun banyak tantangan: jalan rusak, jembatan putus, longsor susulan, serta cuaca hujan terus menghambat proses evakuasi.

Baca Juga :   BLD Musangking RKN Sebar dan Tanam di Nagari Sungai Talang

Di beberapa wilayah, pengungsi tinggal di pos-pos malam darurat — banyak yang kehilangan rumah, pakaian, makanan, dan akses air bersih. Fasilitas kesehatan darurat juga sudah disiapkan untuk menangani korban luka dan penderita penyakit akibat paparan air kotor.

Menurut pejabat badan cuaca dan iklim, fenomena cuaca ekstrem yang terjadi — termasuk siklon tropis yang melintas di Selat Malaka — telah meningkatkan curah hujan secara drastis, memicu banjir dan longsor di Sumatra.

Para aktivis lingkungan dan sebagian warga mengingatkan bahwa bencana ini bukan hanya soal cuaca — tetapi juga soal kerusakan lingkungan sistemik: deforestasi ilegal, alih fungsi hutan dan lahan gambut, serta kurangnya penataan daerah aliran sungai (DAS). Faktor tersebut memperparah dampak banjir dan longsor, serta membuat konsekuesi bencana semakin besar.

Baca Juga :   Wabup Ferizal Ridwan Angkat Bicara Tentang Gaji Outsourcing Belum Dibayarkan


Banjir dan longsor di Sumatra bukan hanya soal air dan tanah — ini tentang pengabaian jangka panjang terhadap alam dan masyarakat. Ribuan jiwa terdampak, infrastruktur hancur, dan trauma berkepanjangan — semua ini adalah panggilan keras agar kita berhenti eksploitatif terhadap lingkungan, dan mulai membangun dengan bijak dan adil.

Negara harus hadir — bukan hanya ketika air sudah tinggi, tapi jauh sebelum itu: menjaga hutan, mengatur tata ruang, dan melindungi rakyat.