Jalur ikonik Kelok 9 kembali terhenti setelah hujan deras memicu longsor. Dampak langsung terasa pada pasokan pangan dan ekonomi lokal — solusi permanen harus segera dikerjakan.
Limapuluh Kota – cMczone.com | Sabtu, 8 November 2025
Kelok 9, tikungan tajam yang menjadi simbol konektivitas Sumatera, berubah menjadi medan longsor setelah hujan deras mengguyur Kamis malam. Material tanah dan batu menutup badan jalan sepanjang hampir 100 meter, menghentikan arus kendaraan dan logistik selama lebih dari 12 jam. Warga setempat dan sopir truk melaporkan kerugian material dan antrean panjang kendaraan.
Petugas BPBD Limapuluh Kota bersama Dinas PUPR dan satuan kerja Kementerian PUPR dikerahkan untuk membuka jalur darurat dan mengevakuasi material longsor. Alat berat bekerja sejak dini hari, namun otoritas teknik menekankan bahwa pembersihan darurat belum menyelesaikan masalah struktural tebing.
Kejadian dimulai sekitar pukul 23.00 ketika hujan intens. Longsor menutup jalur pada dini hari dan pembersihan dilakukan bertahap; jalur kecil untuk kendaraan ringan dibuka sore harinya. Balai Jalan setempat menyatakan akan menempatkan tim geoteknik untuk menilai kondisi tebing dan merekomendasikan pemasangan retaining wall di tikungan 4–6, perbaikan drainase, serta vegetasi penahan erosi. Estimasi awal biaya mitigasi permanen akan diajukan ke pusat untuk pendanaan.
Para pelaku UMKM dan petani mengeluh terganggunya distribusi yang menyebabkan pembusukan hasil panen dan biaya tambahan karena harus memutar jalur lebih jauh.
Longsor Kelok 9 menegaskan bahwa infrastruktur tanpa mitigasi lingkungan adalah sandcastles yang siap runtuh saat badai datang. Pembangunan jalan lintas tak boleh diartikan hanya sebagai pengecoran; butuh perencanaan geoteknik, drainase efektif, dan pemeliharaan berkesinambungan. Ekonomi lokal yang bergantung pada konektivitas ini menunggu kepastian — perbaikan permanen adalah investasi lebih murah ketimbang perbaikan berulang dengan kerugian ekonomi yang terus menumpuk.
Catatan Redaksi cMczone.com:
Negara mesti berubah dari reaktif menjadi preventif. Kelok 9 harus menjadi titik tolak: bukan sekadar membersihkan tanah, tapi merancang masa depan yang tidak tergantung pada perbaikan darurat. Pemerintah pusat dan daerah wajib bersinergi demi keselamatan rakyat dan kesinambungan ekonomi.






