Tarian Laka Baka Adalah Bentuk Penghormatan Kepada Sultan Ternate Saat Berkunjung Ke Sula

Sula,(cMczone.com) – Tarian Laka Baka merupakan salah satu penghormatan yang diberikan kepada Sultan Ternate saat berkunjung ke Sula tepatnya di kota Tua Malbufa, sejak itulah Tarian Penjemputan ini menjadi bagian dari tradisi masyarakat Sula.

Dalam persepsi, Laka yang berarti berjalan atau pergi dan Baka yang memiliki arti Mengantar, sehingga tarian Laka Baka memang sengaja di buat untuk mengiringi penjemputan Sultan sekitar tahun 1500-an, Saat itu lah sultan Chairun dan Babullah Berkuasa sebagai Kolano kesultanan Ternate hingga saat ini.

Dizaman Era Modern ini, Tarian Laka Baka masih terus di lestarikan dan menjadi salah satu aset Budaya Kabupaten Kepulauan Sula secara turun temurun dan dapat di temui di Desa Malbufa sebagai tempat perdana tarian ini digelar dan dilestarikan oleh keluarga Duwila.

Baca Juga :   HUT TNI-AL '76 : Lanudal Tanjungpinang Bersih-bersih Pantai

Tarian Laka Baka memiliki nuansa Tata Penghormatan terhadap seseorang yang memiliki kedudukan tertentu.

Pada Tata cara penghormatan, Tarian Laka Baka ini dapat di lihat dari gerak konstan langkah kaki yang mengisyaratkan gerak maju atau berjalan mengantar. Ikhtisar yang di bacakan pada saat tarian Laka Baka menggambarkan tradisi penghormatan dan sangat dijunjung tinggi oleh Masyarakat Sula.

Dalam kehidupan modern seperti ini, Tarian Laka Baka terus di pertahankan sebagai warisan Budaya yang mengandung nilai norma para Leluhur yang perlu di lestarikan dan di kembangkan oleh generasi Muda hingga generasi yang akan datang.

Tarian Laka Baka ini di populerkan oleh adik- adik Sanggar Leha Matua asal Desa Malbufa, Kecamatan Sanana Utara.

Baca Juga :   PEKAT IB Akan Demo Pekan Depan Di Kajagung minta Gub Riau Di Periksa

Di temui Ketua sanggar Leha Matua dan Pengajar Tarian Laka Baka, Minggu (5/9/2021), Arsad Duwila menyampaikan, dengan keyakinan tinggi serta komitmen dan konsisten itu butuh proses untuk di akui sebagai Tarian Nasional pada saat itu.

“Perjuangan saya bersama anak- anak (Penari Tarian Laka Baka) Cukuplah Sulit dan tidak mudah untuk di akui sebagai Tarian Nasional butuh konsentrasi, konsisten dan kerja sama antara semua pihak yakni pemerintah Kabupaten, Provinsi, dan Pemerintah Pusat, terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,” Ucap Arsad.

Lanjut Arsad, juga merasa puas dengan hasil perjuangan anak- anak Sanggar Leha Matua.

“Lelah itu pasti, akan tetapi hasilnya sangat memuaskan, maka dari itu saya sebagai pengajar Tarian Laka Baka Sangat siap untuk menampilkan Tarian anak- anak saya pada hajatan-hajatan Pemda sula, Acara Nikahan, dan Acara-acara resmi lainya, Lanjunya.

Baca Juga :   FW dan IE Diduga Jadi Korban Penculikan Dan Penganiayaan Oknum Polsek Sukajadi Kemana Undang-Undang RI Tentang Kepolisan dan Perlindungan Anak?

Arsad, juga meminta, agar Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) saat ini dapat mendorong tarian Sula lainya untuk seperti mereka.

“Saya rasa untuk di Kepulauan Sula saat ini, masih banyak aset dan tarian yang perlu Pemda perhatikan dan di dorong untuk di sahkan secara resmi oleh pemerintah Pusat agar dapat menjadi aset nasional milik Kabupaten Kepulauan Sula yang seperti salah satu Tarian Laka Baka,” Tutup Arsad.

Sumber Cerita Sejarah Tarian Laka: Arsad Duwila (Guru Tarian Laka Baka dan Ketua Sanggar Leha Matua).