Ansar Ahmad Pimpin Rakor FKPD Kepri: Antisipasi Dampak Naiknya Harga BBM…

cMczone.com – Gubernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad, memimpin Rapat Pengendalian Dampak Kenaikan Harga BBM di Provinsi Kepri bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD), bertempat di Mapolda Kepri, Nongsa, Kota Batam, Selasa (6/9/2022).

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua DPRD Provinsi Kepri Jumaga Nadeak, Kapolda Kepri Irjen Pol Aris Budiman, Danrem 033/Wira Pratama Brigjen TNI Yudi Yulistyanto, Kabinda Kepri Laksma TNI Ardiansyah, Kepala Zona Kamla Maritim Barat LaksmaTNI Hadi Pranoto, dan Danlanud RHF Tanjungpinang Kol Pnb A. Donie P.

Hadir juga Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kepri, Perwakilan Kajati Kepri dan para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Kepri. Hadir juga Perwakilan Pemerintah dari Kabupaten/Kota  se-Kepri.

Ansar dalam kesempatan tersebut mengatakan, rapat koordinasi (rakor) kali ini memang memfokuskan pembahasan tentang bantalan sosial untuk penanggulangan dampak atas kenaikan  Bahan Bakar Minyak (BBM) di Provinsi Kepri.

Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri sendiri telah melakukan langkah antisipasi, di antaranya, pemanfaatan dana bantuan sosial yang dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial. Di mana nanti, akan ada penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) masing-masing sebesar Rp 150 ribu selama 4 kali.

Baca Juga :   Ansar-Airlangga Ajak Dubes Amerika dan Kanada Jajaki Peluang Kerjasama Baru di Batam...

“Nanti penyalurannya akan kerja sama dengan PT Pos Indonesia,” ungkap Ansar.

Selanjutnya, masih kata Ansar, Pemprov Kepri juga akan melakukan refocusing dana sebesar 2 persen dari dana tranfer umum, yakni melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

“Untuk dana refocusing 2 persen dari Pemprov Kepri sendiri setelah kita hitung-hitung ada kurang lebih Rp 5,5 miliar. Dan dana ini, masih akan ditambah dari alokasi dana serupa yang ada di masing masing kabupaten/kota” jelas Ansar.

Nantinya, kata Ansar, dana ini akan difokuskan untuk pemberian subsidi di sektor transportasi, seperti angkutan umum, ojek hingga nelayan. Termasuk untuk perlindungan sosial tambahan bagi masyarakat miskin.

“Adapun penerima, kita prioritaskan kepada mereka masyarakat miskin, yang selama ini tidak menerima bantuan sosial dari pusat, serta namanya tidak masuk di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS),” kata Ansar.

Pemprov Kepri menurut Ansar, akan memanfaatkan dana regular APBD yakni alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT), yang ada di anggaran Pemerintah Daerah masing-masing seperti Bantuan Sosial (Bansos).

Baca Juga :   Ansar Ahmad Panen 10 Ton Ikan Bawal Bintang bersama Masyarakat Bintan...

“Ada kurang lebih Rp 13,76 triliun anggaran belanja tidak terduga, baik di APBD Provinsi Kepri dan Kabupaten/Kota Tahun 2022. Dengan realiasi per 3 September 2022 ini mencapai Rp 1,65 triliun atau 12,04 persen dan bantuan sosial sebesar Rp 11,45 triliun serta telah terealisasi sebesar Rp 4,09 triliun atau 35,75 persen,” papar Ansar.

Berikutnya, Pemprov Kepri juga akan memanfaatkan Dana Desa dengan besaran maksimal 30 persen, yang akan digunakan untuk bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak inflasi.

Di akhir pemaparannya, Ansar juga mengatakan perihal rencana aksi Pemprov Kepri, mulai dari Dinas Sosial yang akan melakukan inventarisasi masyarakat miskin penerima bantuan utamanya yang tidak masuk dalam DTKS.

“Dinas Kelautan dan Perikanan akan melakukan inventarisasi yang masuk dalam kategori nelayan kecil yang memiliki kapal tangkap ikan di bawah 5 GT. Berikutnya, Dinas Perhubungan akan mempertahankan tarif angkutan umum, baik barang ataupun orang tidak lebih dari 15 persen dari harga saat ini,” ujar Ansar.

Terakhir, kata Ansar, Disperindag akan terus melakukan operasi pasar, menghadirkan pasar murah dan menggalakan program gemar menanam bahan kebutuhan pokok.

Baca Juga :   Dewi Kumalasari Dorong Pelaku UMKM Perempuan di Kepri 'Naik Kelas'

Terkait pengendalian inflasi di Kepri, Ansar membeberkan skemanya, yakni memastikan ketersediaan dan penyaluran BBM, menetapkan batas kenaikan tarif angkutan penumpang dan barang, mengontrol tingkat margin di setiap rantai distribusi pada tingkat yang wajar, meningkatkan pengawasan pada distribusi dan ketersediaan barang di pasar distributor guna mencegah spekulasi atau penimbunan.

“Kita juga akan mengoptimalkan belanja pemerintah dan memastikan penyaluran bantuan sosial guna mencegah penurunan daya beli masyarakat,” ujar Ansar.

Kebijakan naiknya harga BBM dalam hal ini pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu, solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 dan pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rpn14.500 per liter, dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang langsung mengalokasikan pemberian bantuan sosial bagi masyarakat paling terdampak.

Di mana pemerintah langsung mengalihkan alokasi dana subsidi BBM ke bantuan sosial. Ada tiga jenis bantuan sosial. Mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), hingga Bantuan Angkutan Umum (BAU).

Editor: Budi Adriansyah