Asril : Potret Dunia Pendidikan di Hari Hardiknas

Kampar , (www.cMczone.com) – Guru memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Rakyat Indonesia. Semangat perjuangannya bukan hanya sebatas perjuangan memperbaiki nasib, namun mereka memiliki semangat perjuangan untuk kemerdekaan. Berbagai kalangan Seperti Dowes Deker, Tirto Adhi Soerjo, Multatuli dan Ki Hajar Dewantara dapat kita sebut sebagai Guru yang memiliki berperan atas berkembangnya Pendidikan di Negara Indonesia.

Setiap Tahun di Tanggal 2 Mei Rakyat Indonesia selalu memperingati yang namanya hari Pendidikan Nasional, namun yang jadi persoalan perhatian terhadap Guru sebagai tenaga Pendidik oleh pemangku kebijakan di Negara ini seharusnya juga menjadi prioritas utama untuk dilakukan Evaluasi atau perbaiki, dalam hal ini kesejahteraan mereka para Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Yang paling patal trerkait masalah Guru yang bertahun-tahun mengabdi mencerdaskan anak Bangsa dan statusnya masih sebagai Guru Honorer Sekolah. Sementara diketahui bersama, penghasilan bulanan mereka ini bertumpu kepada kemampuan keuangan sekolah yang bervariasi dan lebih ironisnya lagi terkadang hampir berbulan – bulan tidak menerima gaji ataupun penghasilan.

Sedangkan disisi lain, berdasarkan Regulasi dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa Negara Indonesia memprioritaskan anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan Pendidikan Nasional.

Namun yang menjadi pertanyaan? Dengan anggaran 20% APBN atau APBD apakah Negara tidak bisa menjamin kesejahteraan para tenaga Pendidik dan Kependidikan yang masih berstatus Honorer komite di setiap sekolah.

Baca Juga :   Cerita tentang Awal Siti Aisyah Merantau ke Malaysia

Hari ini kita sudah merdeka, sudah menikmati kebebasan walaupun belum menikmati keadilan secara utuh ataupun merata. Kita masih sering melihat masih banyak generasi Muda masa depan Bangsa ini belum menikmati Pendidikan yang layak. Masih banyak anak-anak buruh, Petani, Nelayan dan Rakyat miskin yang masih bermimpi untuk mendapatkan Pendidikan tinggi. Bagaimana bangsa ini akan meraih kemajuan dan masa depan gemilang kalau anak-anak generasi masa depan Bangsa ini masih khawatir dengan Sekolahnya ?, sampai jenjang apa pendidikannya ?, apakah anak-anak Buruh, Petani, Nelayan dan Rakyat jelata bisa kuliah ?.

Dan yang lebih miris lagi, bagaimana nasib dan masa depan para Guru Honorer?, mereka dituntut untuk mendidik generasi masa depan Bangsa ini sementara masa depan mereka sendiri masih menjadi tanda tanya besar yang perlu untuk dijawab.

Baca Juga :   Deklarasi Perkumpulan Amarasi Nekamese (PAN)Jabodetabek Di Taman Mini Indonesia Indah

Sudah selayaknya Pemerintah menyelesaikan semua permasalahan ini, jadi jangan sampai hari Pendidikan Nasional hanya menjadi hari yang diisi dengan acara seremonial tanpa adanya solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan di dunia Pendidikan,” ujar Asril seorang Tokoh Pemuda Kampar kepada awak media pada Rabu (2/5/2018).***