cMczone.com, Limapuluh Kota, Sumbar– Beberapa hari yang lalu, kawan kami yang biasa kami mintakan surveynya, melakukan survey di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Hasilnya agak mirip-mirip, pada dua daerah ini, tidak ada calon saat ini termasuk incumbent yang surveynya di atas 30 persen. Semua surveynya di bawah 30 persen. Menilik hasil survey begini boleh dikatakan incumbent belum memperlihatkan keterpilihan yang meyakinkan. Penyebabnya bisa jadi banyak, seperti kinerja yg belum memuaskan rakyat, track record selama ini, dan pertimbangan lain yang kadang di mata masyarakat belum memenuhi harapannya. Lagipula sebagian masyarakat belum menentukan pilihan karena merasa belum yakin atau masih menimbang, atau dari tokoh referensinya belum berkomentar atau posisi menunggu aba aba.
Kami yang lama melihat dan mempelajari hasil survey baik sebagai pelaku politik maupun sebagai orang yang ditugaskan partai memenangkan cakada, biasanya calon incumbent yg surveynya kurang dari 50 persen adalah lampu kuning bahkan merah untuk dipilih lagi. Artinya incumbent yg surveynya di bawah 50 persen, peluang menang kembali biasanya tipis, walaupun dalam politik apapun bisa terjadi. Apalagi ini di bawah 30 persen, sudah bisa dianggap lampu merah atau sulit terpilih kembali. Oleh karena itu munculnya calon-calon lain terutama yang muda, bisa jadi adanya kejenuhan dan keinginan untuk munculnya calon baru yang lebih memenuhi harapan banyak pihak.
Terlepas dari semua alasan, sebenarnya setiap pemimpin akan lahir dari track record kepemimpinan yang dimulai sejak muda. Kalau lahir ujug-ujug dan tidak memiliki sejarah panjang kepemimpinan biasanya tidak teruji dan berprestasi, biasa biasa saja, kalau tidak bahkan jelek dan kurang sesuai harapan. Minimal cakada yang bersangkutan punya sejarah di partainya masing masing. Akan lebih baik berjenjang, teruji, dan matang.
Maka di sinilah kita harus melihat track recordnya selama memimpin. Seperti Ahlul Badrito Resha (ABR) atau Rito yang punya pengalaman memimpin sejak di kampusnya UGM. ABR pernah menjadi ketua BEM mahasiswa UGM di zamannya. Kemudian berhasil memimpin bisnis dan masuk jalur kepartaian untuk kepemimpinan lebih tinggi. Demikian juga RKN pernah jadi ketua BEM UNAND, terus menapaki bisnis dan terus masuk jalaur kepartaian. Yang lain termasuk incumbent masuk jalur kepartaian, tapi sebelum masuk jalur partai kita minim informasi tentang mereka sebelumnya.
Terlepas dari itu semua, banyak yang bertanya kepada kami mau memilih siapa di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kami sarankan agar yang dipilih adalah mereka yang matang dalam kepemimpinan karena kepemimpinan terbentuk melalui serangkaian ujian perjalanan kepemimpinan. Masyarakat atau pos yang dia pimpin sekaligus adalah ujian baginya. Dengan demikian pemimpin menurut Natsir lahir dari keadaan rakyatnya untuk memenuhi kebutuhan kepemimpinan itu sendiri.
Masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota tentu lebih tahu mereka butuh pemimpin seperti apa, karena kebutuhan Lima Puluh Kota sangat nyata akan perubahan yang tentu menuntut mereka yang bekerja out of the box, artinya yang bisa bekerja dengan luar biasa, bukan biasa biasa saja, punya visi yang kuat, realistis tapi optimis, punya jaringan ke pusat, ke pengusaha nasional bahkan internasional dan mampu mengeksekusi berbagai program dalam masa kepemimpinannya. Bukan sekedar menikmati mobil dinas, fasilitas rumah dinas berikut “dayang-dayangnya” tapi malah harus mengejar target yang yg melebihi ekspektasi rakyatnya. Selama ini kita disuguhi keluhan APBD rendah, APBD yang tidak cukup, dan berbagai keluhan rutin yang seharusnya seorang kepala daerah kreatif mencarikan solusi untuk itu.
Maka kami boleh mengatakan bahwa masa depan Lima Puluh Kota tentu ada di tangan anak muda yang punya track record kepemimpinan dan siap bekerja keras untuk daerah. Kalaupun mereka saat ini ditakdirkan belum mampu menduduki jabatan bupati tapi di masa yang akan datang mereka tentu punya peluang lebih. Akan lebih baik kepemimpinan mereka kita percepat dengan memilih pemimpin muda yang sudah matang. Saatnya Lima Puluh Kota mempercepat pembangunannya dan menjadikannya sebagai pusat pertumbuhan baru. Wallahua’lam bisshowab.
(*)