Lumajang – cMczone.com | 20 November 2025
Gunung Semeru, gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, kembali mengalami erupsi besar pada Kamis pagi sekitar pukul 06.42 WIB. Letusan ini mengirimkan kolom abu setinggi lebih dari 5.600 meter dari puncak Mahameru dan langsung memicu peningkatan status menjadi “Awas” oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Pemerintah Kabupaten Lumajang segera membuka jalur evakuasi di empat kecamatan akibat hujan abu tebal dan potensi guguran lava pijar.
PVMBG dalam laporan resminya menyebutkan bahwa letusan pagi ini disertai suara gemuruh yang terdengar hingga radius 12 kilometer. Lontaran material pijar terpantau mengarah ke tenggara dan selatan, kawasan yang selama ini merupakan jalur aliran lahar Semeru. Warga di Kecamatan Candipuro, Pronojiwo, Pasirian, dan Tempursari diarahkan mengungsi ke posko-posko darurat yang telah disiapkan.
Kepala PVMBG menjelaskan bahwa aktivitas Semeru meningkat sejak dua minggu terakhir dengan kenaikan jumlah gempa vulkanik dangkal dan hembusan.
“Peningkatan energi letusan cukup signifikan. Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah, serta mewaspadai potensi awan panas,” ujarnya.
BPBD Lumajang melaporkan lebih dari 3.200 warga telah dievakuasi hingga sore hari. Hujan abu setebal 1–2 sentimeter menutupi atap rumah, jalan raya, dan kendaraan. Aparat gabungan TNI–Polri dikerahkan untuk membantu evakuasi kelompok rentan seperti lansia, difabel, dan ibu hamil. Pemerintah daerah juga membagikan masker dan selimut darurat kepada warga.
Dari sisi transportasi, Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang sempat mengalihkan rute penerbangan kecil, sementara jalur Lumajang–Malang ditutup sementara karena jarak pandang terbatas. Sejumlah sopir truk pengangkut pasir yang biasa beraktivitas di bantaran sungai aliran lahar diminta menghentikan seluruh kegiatan.
Para ahli vulkanologi mengingatkan bahwa Semeru merupakan gunung tipe stratovolcano yang selalu aktif dan dapat meletus tiba-tiba. Letusan 2021 adalah salah satu yang paling mematikan, menelan puluhan korban jiwa akibat awan panas. Meskipun kali ini belum ada korban jiwa, pemerintah diminta tetap siaga karena dinamika kubah lava Semeru berubah cepat.
Warga di Desa Supiturang, salah satu desa yang sering terdampak langsung, mengatakan bahwa suara dentuman pagi ini terdengar lebih keras dibanding pekan sebelumnya.
“Tanah sempat bergetar. Kami langsung menuju titik kumpul karena takut seperti kejadian dulu,” kata Joko, salah satu warga.
Setiap erupsi Semeru mengingatkan kembali lemahnya tata ruang di kawasan rawan bencana. Pembangunan pemukiman di jalur awan panas dan aktivitas penambangan pasir ilegal memperparah kerentanan masyarakat. Penguatan sistem peringatan dini serta relokasi permanen bagi warga di zona merah seharusnya menjadi prioritas nasional, bukan hanya reaksi sementara.
Catatan Redaksi cMczone.com
Bencana bukan sekadar fenomena alam — ia memperlihatkan sejauh mana negara hadir melindungi rakyatnya. Selama masyarakat masih tinggal di bibir bahaya, keadilan dan keselamatan belum benar-benar ditegakkan.







