Berita  

Kemenhub Uji Coba Sistem “Traffic Flow AI” di Tol Trans-Jawa untuk Kurangi Kemacetan 35% Tahun 2026

Screenshot

Sistem cerdas ini akan mengatur kecepatan kendaraan, buka-tutup gerbang tol, hingga membaca pola kepadatan secara real time.

Jakarta – cMczone.com | 18 November 2025

Kementerian Perhubungan memulai uji coba sistem Traffic Flow AI, sebuah teknologi manajemen lalu lintas berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk mengurangi kemacetan di ruas Tol Trans-Jawa. Uji coba berlangsung di tiga segmen paling padat: Bekasi–Cikampek, Pejagan–Brebes, dan Semarang–Ungaran. Jika berhasil, sistem akan diterapkan di seluruh tol nasional pada 2026.

Traffic Flow AI bekerja dengan membaca ribuan data setiap detik dari CCTV, sensor jalan, dan satelit cuaca. Sistem kemudian memberi instruksi otomatis kepada operator tol untuk mengatur lajur tambahan (contra-flow), membuka gerbang tambahan, menyesuaikan batas kecepatan, hingga memberi peringatan dini kepada pengendara melalui aplikasi dan papan LED.

Baca Juga :   Kapal TB Bojoma 2906  Terbakar, Satu ABK Meninggal Ditempat

Menteri Perhubungan menjelaskan bahwa kemacetan di jalur tol bukan hanya disebabkan volume kendaraan, tetapi minimnya respons cepat terhadap lonjakan arus.

“Kita selama ini reaktif. Dengan AI, keputusan akan dibuat dalam hitungan detik, bukan tunggu rapat koordinasi,” ujarnya.

Hasil uji coba awal menunjukkan penurunan waktu tempuh hingga 18% pada jam padat sore. Bahkan di titik rawan Cikampek Utama, kepadatan dapat diprediksi 20 menit sebelum mencapai puncak sehingga pengalihan lajur bisa dilakukan lebih cepat.

PT Jasa Marga menyambut baik inisiatif ini karena membantu mengurangi kerugian ekonomi akibat kemacetan. Setiap jam macet parah di ruas Trans-Jawa diperkirakan menyebabkan kerugian Rp70 miliar per hari secara nasional — baik dari sisi bahan bakar, waktu perjalanan, maupun logistik industri.

Baca Juga :   Empat Tersangka Pekerja PETI dan Satu Orang Pemilik Lokasi Diamankan Satreskrim Merangin

Meski demikian, sejumlah pakar lalu lintas memperingatkan risiko penerapan AI tanpa pengawasan manusia. Mereka mengingatkan bahwa keputusan otomatis harus tetap mendapat persetujuan operator agar tidak terjadi kesalahan penanganan pada kondisi darurat.

Pemerintah menyatakan bahwa tahap awal tetap memakai sistem hybrid: AI memberikan rekomendasi, operator manusia yang mengeksekusi. Jika berjalan stabil, barulah tingkat otomatisasi ditingkatkan.

Industri logistik nasional berharap teknologi ini mampu mengurangi keterlambatan distribusi barang.

“Kadang barang dari Jawa ke Sumatra telat 12 jam hanya gara-gara macet di satu titik. Kalau ini teratasi, ongkos logistik nasional bisa turun signifikan,” ujar pengusaha transportasi di Surabaya.

Kemacetan adalah biaya ekonomi yang diam-diam menggerus daya saing nasional. Modernisasi transportasi harus berjalan seiring dengan digitalisasi. Traffic Flow AI adalah langkah besar menuju manajemen lalu lintas modern seperti di Jepang dan Korea. Namun kunci keberhasilan tetap pada integrasi data, disiplin pengemudi, serta kesiapan operator.

Baca Juga :   Hampir Dua Minggu Banjir Rendam Serdang Bedagai

Catatan Redaksi cMczone.com

Teknologi yang baik adalah teknologi yang memanusiakan. Ketika perjalanan rakyat lebih lancar, maka roda ekonomi berputar lebih cepat dan kehidupan menjadi lebih layak.