Rekam Jejak Sang Ratu di Diskotik Pekanbaru

Oleh : Habiburrahman 

PEKANBARU, – Tempat hiburan tidak lagi menjadi tempat kumpul para penikmat musik keras (Remix) tetapi sudah menjadi rumah kedua (Diskotik) penikmat obat-obatan terlarang.

Bentuknya kecil dari pil obat sakit kepala berwarna oranye dan berlogo hati di bagian satu sisinya seperti tidak terlihat begitu istimewa tapi inilah “ratu” disko di kalangan pengguna narkoba berkantong tebal di negeri ini.

Penggunaan metilon dahsyatnya empat kali lebih besar dibanding pil setan ekstasi pemakai metilon akan merasakan halunisinasi sekaligus memicu jantung agar dapat bekerja lebih cepat dan berujung pada kematian.

Sejenis Narkoba baru ini awal mencuat ke publik, setelah petugas berhasil menangkap Artis papan atas Raffi Ahmad pada 2013 silam.

Dari investigasi salah satu media berhasil temukan si “ratu” dari seorang pelayan salah satu diskotik di Kota Pekanbaru. pil ratu dihargai 350ribu dibandingkan obat biasa /ekstasi seharga Rp. 250ribu.

Baca Juga :   Jembatan Batam-Bintan : Megaproyek Legasi Jokowi Dihadapan Singapura 

Bukan suatu alasan bila pintu masuk setiap diskotek selalu dijaga pria bertubuh tegap dengan rambut cepak. Setiap pengunjung diperiksa dengan kesigapan dan kewaspadaan dimiliki pasukan terlatih. Gaya bicara mereka dan cara mereka menyapa satu sama lain pun khas gaya militer.

Mungkin benar tebakannya, bila masuknya obatan terlarang itu dibantu melalui panjang tangan para pelayan, suatu hal logis dan dapat dilihat di beberapa tempat hiburan malam.

Aktivitas seperti ini sudah banyak diketahui orang, namun faktanya lebih sedikit orang mau mengungkap apa dibalik bangunan tinggi, super mewah dan elite.

Di kalangan hiburan malam di Kota Pekanbaru ada beberapa nama tersohor sebagai “orang kuat” diketahui memback up semua aktivitas supaya terlihat aman dan baik-baik saja.

Baca Juga :   Contoh Surat Pernyataan Kepala Perwakilan Media

Bukan hanya sejenis obatan saja, sejenis barang narkotika jenis sabu sangat bebas di perjual belikan dan jadi tontonan tanpa layar bagi kalangan masyarakat terutama di daerah pusat kota, bukan hanya satu petak rumah saja tetapi sudah menjadi satu kampung dipinggiran sungai yang terletak strategis di ujung jalan di pusat kota pekanbaru.

Biasa kebanyakan orang menyebut kampung dalam (Kadal), bagaimana tidak orang leluasa masuk bebas membeli barang haram tersebut di sepanjang jalan lorong sempit.

“Barang baru, Ambil di dalam bang, sebut pria ambon sambil menunjuk gang sempit.

Kegiatan itu rutin terus berputar 24 Jam seperti jarum hampir tidak pernah berhenti seriring berganti orang keluar masuk dan berjaga.

Bagaimana tidak mungkin, kalau kampung sekecil itu bisa menjadi mesin “Pencetak Rupiah” terbanyak dibandingkan kantor – kantor mewah di sepanjang Jalan Sudirman hingga sampai ke Jalan Kubang Raya.

Baca Juga :   "Krisis Kepercayaan"

Ada beberapa nama besar tersohor di kawasan itu, salah satunya seorang perempuan namanya memang tidak asing lagi sebagai orang yang kuat dan paling dikenal terutama di kawasan Riau daratan.

Namanya melambung setelah merobohkan penegak hukum melalui sidang prapradilan setelah dirinya berhasil mengembalikan uang sitaan sebesar 1,2 M dengan 1 (satu) buah materai 6.000 saja.

Hingga saat ini, aktivitas itu masih berjalan tanpa ragu dan rasa takut, pada akhirnya himbasnya adalah meningkat tindakan kriminalitas di jalanan, pencurian, pembunuhan hingga perbuatan asusila di kalangan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi menurun, ternyata sebanding dengan semakin meningkatnya para pengguna narkoba baru terutama dikalangan anak muda.
Hal demikian meski ada suatu tindakan dan upaya, bukan hanya dari institusi saja namun dari kalangan masyarakat agar dapat dibenah, membenah dan berbenah untuk menuju kota madani.