Kawasan Jam Gadang disiapkan seperti konsep Malioboro.
Bukittinggi – cMczone.com | 14 November 2025
Pemerintah Kota Bukittinggi resmi mengumumkan rencana besar penataan ulang kawasan wisata Jam Gadang dan Pasar Ateh dengan konsep Zona Pedestrian Wisata. Kebijakan ini muncul setelah lonjakan wisatawan menyebabkan kemacetan, penumpukan pedagang kaki lima, dan turunnya kenyamanan pengunjung.
Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mengatakan fokus utama adalah menjadikan Bukittinggi sebagai kota wisata yang bersih, tertata, dan nyaman bagi pejalan kaki.
“Kami belajar dari Yogyakarta dan Bandung. Kota wisata harus memberi ruang yang aman dan ramah bagi turis,” jelasnya.
Rencana ini mencakup:
penutupan jalan untuk kendaraan pada jam tertentu,
relokasi PKL ke area kuliner terpadu,
revitalisasi taman kota,
serta penataan trotoar dan lampu dekoratif.
Para pedagang menyambut baik, namun meminta pemerintah menyediakan tempat yang strategis agar tidak kehilangan pelanggan. Ketua asosiasi pedagang Jam Gadang berkata:
“Kami setuju kota harus tertata. Tapi jangan sampai pedagang kecil tergusur.”
Para hotelier juga berharap pembatasan kendaraan akan mengurangi polusi suara dan membuat wisatawan lebih lama stay di pusat kota.
Analisis Kontekstual
Sumbar memiliki potensi wisata besar, namun tata kota dan manajemen pariwisata masih tertinggal. Jika zona pedestrian berhasil, Bukittinggi dapat menjadi contoh nasional seperti Malioboro. Tantangan terbesar adalah negosiasi dengan PKL dan manajemen lalu lintas.
Catatan Redaksi cMczone.com
Pariwisata bukan hanya soal angka kunjungan, tetapi kenyamanan dan keberlanjutan. Bukittinggi punya kesempatan besar menjadi kota wisata kelas dunia—asal keberpihakan kepada rakyat kecil tidak dilupakan.







