Habiburrahman | Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling

Oleh : Habiburrahman

OPINI – Seorang konselor merupakan tenaga profesional di bidang bimbingan dan konseling (guidence and counseling) yakni tenaga khusus yang memiliki karakteristik dalam aspek kepribadian, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. tentunya untuk menjadi seorang konselor professional harus memiliki sikap hangat, empati, jujur, menghargai, dan yang paling penting (dapat dipercaya menjaga kerahasiaan klien).

Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif. Di antara kompetensi konselor, yang dirasa paling penting adalah kualitas pribadi konselor, karena konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti, serta membangun hubungan antar pribadi yang unik dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (our self as a person).

Kepribadian tidak terbentuk semata-mata karena pengalaman, tetapi merupakan suatu integritas dari kemauan dan kemampuan dirinya untuk dapat bersikap dan bertindak
sebagai konselor professional.

Berikut pembahasan mengenai karakteristik dan syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang konselor untuk menjadi konselor yang profesional.

Personal Ability ( Kemampuan Pribadi)

Sehat secara Psikologis
Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya dari pada klien. Kesehatan psikologis konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sahat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.

Baca Juga :   Ekonomi Sulit, Pemerintahnya Arogan...

Sadar Terhadap Diri Sendiri
Disini berarti bahwa konselor mawas diri atau memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.

a) Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain.

b) Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.

Dapat Berbicara Tentang Berbagai Isu
Konselor yang memiliki pengetahuan yang luas tentang permaslahan yang dihadapi klien, akan lebih mudah menanganinya ketika proses konseling berlangsung.

Memiliki Tingkat Pengetahuan dan Kompetensi

Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus di miliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia.

Genuineness ( Kesungguh-sungguhan)
Seorang konselor harus memilik keinginan yang kuat untuk menolong orang lain dan memiliki keaslian yakni sifat individu yang dapat merasakan kenyamanan dengan dirinya sendiri. Dalam konteks konselor, genuineness atau yang sering disebut juga dengan ketulusan, merupakan komponen penting dalam proses konseling. Karena konselor dapat menjadi dirinya sendiri saat berinteraksi dengan klien yang memiliki sifat/karakter berbeda-beda. Dalam proses konseling, ketulusan memengaruhi hubungan konseling antara konselor dengan klien karena dengan sikap tulus konselor, klien akan lebih nyaman saat melakukan konseling. Konselor yang yakin dan nyaman dengan dirinya sendiri (keaslian dirinya) akan lebih dewasa dan matang dalam perannya sebagai konselor.

Baca Juga :   Mhd. Azhari Syahputra , S.H.,M.H | Sigap Berantas Narkoba di Tengah Pendemi Corona

Dalam melakukan proses konseling, hendaknya konselor menolong dan membantu klien karena tulus, bukan karena mengharapkan imbalan dari konseling.

Seorang konselor yang menunjukkan ketulusan atau keasliannya pada saat proses konseling adalah ketika ada klien yang mengatakan kepada konselor yang memiliki fobia ketinggian bahwa ia (klien) memiliki ketakutan pada hewan yang berbulu. Pada kondisi seperti ini, konselor dapat berbagi pengalamannya tentang rasa takutnya pada ketinggian tanpa dibuat-buat. Dengan tidak berpura-pura konselor dapat mengatakan bahwa ia berhasil mengalahkan rasa takutnya dengan ketinggian dan berani menaklukan ketinggian. Hal ini dapat membuat klien merasa bahwa bukan hanya dirinya yang memiliki rasa takut terhadap suatu objek.

Immediacy (Kesiapan)
Immediacy adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan antara klien dengan konselor pada waktu konseling. Tingkat immediacy yang tinggi terdapat pada diskusi dan analisis yang terbuka mengenai hubungan antar pribadi yang terjadi antara konselor dan klien dalam situasi konseling.Immediacy merupakan variabel yang sangat penting karena menyediakan kesempatan untuk menggarap berbagai masalah klien sehingga klien dapat mengambil manfaat melalui pengalaman ini.

Dalam hal ini konselor merasa terbuka dan dapat mendorong klien untuk berani menghadapi dirinya dan menunjukkan dirinya secara bebas. Inilah yang menyebabkan konselor cepat merasa puas.

Warmth ( Kehangatan) dan Empathy
Hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.

Empathy disini ialah memahami orang lain dari sudut berpikirnya, selain itu empati yang di rasakan harus ditunjukkan. Seorang konselor harus dapat memiliki kemampuan merasakan kehidupan pribadi klien tanpa kehilangan kesadaran diri, tidak boleh ikut terlarut dalam nilai-nilai diri klien.

Baca Juga :   Kejujuran dan Kepercayaan itu Modal Utama Pemimpin yang Hebat

Empati adalah sikap individu yang dapat memahami perasaan atau kondisi orang lain. Seorang konselor dituntut untuk memiliki sikap empati kepada para klien/konseli mereka. Untuk bisa bersikap empati, diharapkan konselor dapat memasuki kerangka diri seorang yang dilayani, dalam hal ini kerangka terhadap klien.

Memahami orang lain dari sudut pandang klien merasakan apa yang dirasakan oleh klien empati yang dirasakan pun harus diekspresikan, namun kita sebagai konselor tidak boleh ikut larut didalam setiap cerita klien dan bersikap empati berarti kita juga harut turut andil dalam perasaan klien dan ada action dari diri konselor.

Positive Regard dan Respect

Konselor harus dapat menerima/respek pada klien walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan kebutuhan yang di milikinya. Untuk itulah seorang konselor harus memberikan kepercayaan kepada klien untuk bisa mengembangkan diri mereka. Misalnya, apabila klien datang dengan keluhan selalu melakukan masturbasi, maka konselor tidak langsung menolak atau bersikap sinis, akan tetapi bersikap terbuka dan berpikiran positif bahwa tingkah laku klien dapat diubah menjadi lebih baik.

Counselor Interntionality
Interntionality adalah kemampuan untuk menafsirkan persoalan klien secara akurat dan memilih arah dan tujuan yang jelas dalam hubungan untuk membantunya dan memilih arah dan tujuan yang jelas dalam. Kemudian konselor merencanakan intervensi perawatan berdasarkan kebutuhan klien, tingkat motivasi dan keberadaannya serta memberikan sumber daya pemulihan dengan bekerja sama dengan klien (Red/*)